Pendekar Bangau pilih kasih karena hanya mau menyantap pisang goreng buatan Bang Ongen. Memang pisang goreng dari abang yang lainnya kenapa?
PinterPolitik.com
[dropcap]M[/dropcap]ungkin generasi milenial sudah tak sempat lagi untuk sekadar duduk santai di beranda rumah saat pagi hari menjelang. Tentunya tak hanya melongo, relaksasi ini ditemani kopi atau teh panas dan pisang goreng yang renyah.
Tapi, kenikmatan ini mungkin masih cocok dilakukan Generasi Baby Boomers atau X. Karena masih memiliki ketertarikan membaca media cetak sambil menyeruput kopi. Serupuuuuuuuttt…
Pantas saja, sebagai pendekar Generasi X yang lahir di tahun 1969, sang Pendekar Bangau masih suka menikmati renyahnya pisang goreng. Nyam, nyam, nyam.
Alkisah, Pendekar Bangau sedang melakukan perjalanan dari satu tempat menuju tempat lainnya. Menggunakan sepatu kets andalan, perjalanan Pendekar Bangau ia cukup panjang dan melelahkan sehingga membuatnya menepi sejenak.
Setibanya di Kebon Sirih, Pendekar Bangau mencium aroma makanan yang tak biasa. Lalu ia mencari – cari sumber aroma itu dan ternyata berasal dari pisang goreng Bang Ongen yang panas merekah yang diselimuti madu Timor dengan kualitas terbaik yang diperoleh dari hutan di Nusa Tenggara Timur.
Akhirnya, karena memang perut Pendekar Bangau sudah mulai keroncongan, ia memulai dialog standar dengan pemiliknya untuk mendapatkan pisang goreng. Pendekar memaksa dirinya menjadi pendengar yang baik walau Bang Ongen bercerita ngaler ngidul tentang usahanya ini.
Disela-sela cerita Bang Ongen, ia menawarkan pisang goreng jualannya untuk disantap oleh Pendekar Bangau. Tanpa ada rasa menolak, pendekar langsung menyikat habis sepotong pisang goreng. Pendekar Bangau merasa cita rasa pisang gorengnya merupakan pisang goreng paling lezat yang pernah dia makan.
Sandi Sebut Pertemuan dengan Ongen Sangaji Diplomasi Pisang Goreng #merahputih https://t.co/E6FgTQ8pi0
— newsmerahputih (@newsmerahputih) November 1, 2017
Lho ko begitu?
Ada dua faktor Pendekar Bangau memuji Bang Ongen. Yang pertama, pisang gorengnya memang lezat tiada tandingan. Atau ia hanya memuji saja karena rasa laparnya bisa diatasi oleh Bang Ongen, jadi rasa tidak penting, yang penting perut terisi. Hmmm…
Waktu berbincang sudah habis, tiba – tiba sang pendekar mengatakan akan berpamitan dan menaruh harap pisang goreng itu dibungkuskan oleh Bang Ongen.
Tanpa jawaban, tak diduga, Bang Ongen mengambil beberapa potong pisang goreng untuk menjadi bekal sang pendekar saat di perjalanan.
Kembali memuji, Pendekar menyatakan makanan renyah Bang Ongen itu merupakan pisang goreng terbaik yang pernah dirasakan oleh ia selama hidupnya. Terkesan berlebihan ya, tapi namanya gratis ya enak-enak aja. Dibikin asik aja.
Sang Pendekar Bangau pun menyatakan tetap melanjutkan perjalanannya dan ketika rehat ia telah memiliki bekal cemilan yang bisa mengisi perutnya. Bahagianya Pendekar Bangau mendapatkan bekal pisang goreng yang manis dan berlumuran madu terbaik di dunia itu. Ketagihan ya?
(Z19)