“Aku naik odong odong
aku naik odong odong
aku senang ibupun turut gembira” – Adel, Naik Odong-Odong
PinterPolitik.com
Pemprov DKI itu tiada hari tanpa mempercantik Jakarta. Saat ini, Pemprov lagi menargetkan untuk melarang adanya eksistensi odong-odong di jalanan utama DKI Jakarta. Katanya sih selain merusak estetika, alasan utamanya yaitu membahayakan lalu lintas serta orang-orang yang naik odong-odong itu sendiri.
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Syafrin Liputo pun ngomong supaya tukang odong-odong nyari job lain. Sontak, ini pun dapat protes dari kalangan pengusaha odong-odong. Tentunya, mereka merasa gak adil masa odong-odong dilarang tapi gak dikasih solusi buat kerja apa selanjutnya. Dikira nyari kerja sekarang gampang? Sarjana aja banyak yang nganggur.
Alesannya oke sih untuk meminimalisir kecelakaan. Odong-odong kan sebenarnya kendaraan roda dua yang dimodifikasi tanpa memperhatikan dimensi dan kapasitas daya angkut. Ditambah lagi, odong-odong pun tak mengantongi dokumen perjalanan yang sah.
Ini kan sudah masuk pelanggaran teknis kendaraan. Lagipula memang sih secara visual odong-odong kurang menarik. Warnanya itu lo tabrakan, gak matching, kurang estetikanya.
Tapi ya tega juga Dinas Perhubungan Pemprov DKI, kalo dilarang tapi gak dikasih solusi mau kerja apa berikutnya. Soalnya berdasarkan Muhammad Yasin, Sekretaris Angkutan Lingkungan Darmawisata (Anglingdarma) pendapatan menjalankan usaha odong-odong sebulannya bisa mencapai Rp 6 juta, di atas UMR Jakarta saat ini.
Rugi besar lah kalo sampe melepaskan bisnis odong-odong. Di samping itu, odong-odong kan hiburan kaum yang terpinggirkan. Mall terlalu mahal untuk diakses orang-orang berpendapatan dibawah UMR. Ya tentu odong-odong adalah obat hiburan bagi kaum-kaum marjinal.
Kalo sampe Dishub Pemprov benar-benar menghilangkan odong-odong sepenuhnya, gimana dengan nasib anak-anak kecil yang gak bisa akses gadget?
Mungkin kebijakan itu bisa memberi dampak buat kelancaran transportasi di ibu kota. Tapi, Pemprov DKI harusnya bisa juga fokus pada solusi-solusi lain buat melancarkan lalu lintas di Jakarta. Jangan sampai cuma fokus sama kebijakan yang merugikan kaum marjinal aja.
Janganlah sakiti tukang odong-odong pak, mereka sudah susah masa perlu dipersulit lebih lagi. Boleh sih dilarang, tapi ya apa solusinya? (M52)
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.