“Bubur kayu, sarapanmu. Habis makan tidak lupa cuci tangan. Hutan mati, tanam lagi tapi pohon sawit bukan pohon asli. Minyak sawit enak.” ~ Navicula
PinterPolitik.com
[dropcap]J[/dropcap]ika alam sudah mulai tidak bersahabat, maka manusia harus siap menerima derita. Siapkah menerima derita berkepanjangan?
Deforestasi atau penggundulan hutan, degradasi habitat satwa, korupsi, mempekerjakan anak, dan pelanggaran HAM. Hal ini yang menjadi salah satu dampak dari perjalanan bisnis kelapa sawit.
Banyak pihak bicara tentang kerusakan lingkungan dari adanya bisnis kelapa sawit, bahkan ada yang mengumpamakan pohon sawit itu bukan pohon asli. Weleeeeh weleeeeh.
Di beberapa wilayah di Indonesia, tersebar banyak perusahaan besar yang bergerak di bidang kelapa sawit, tapi terpikirkah tentang bagaimana dampak lingkungannya? Hmmm, entahlah. Apakah ada analisis dampak lingkungan? Hmmm.
Kalau ada dampak lingkungan yang mulai merusak dan perlu diremajakan itu tanggungjawab siapa? Hmm, harusnya perusahaannya lah. Kan perusahaan yang mengambil untungnya, masa buntungnya mau dikasih ke warga sekitar, weleeeeh weleeeh.
Lah kok, pemerintah mau keluarkan dana yang fantastis sih untuk peremajaan kelapa sawit? Jumlahnya sampai Rp 5 triliun lagi, weleeeeeh weleeeh. Emangnya perusahaan itu ga mau perbaiki lahan kelapa sawitnya lagi? Kok malah pemerintah yang tekor ya?
Bukan jumlah yang sedikit loh itu, hadeuuuhhh. Siapa yang untung, siapa yang buntung kalo begitu sih. Pemerintah kok mau aja sih. Ah, syuddaaaaaahlaaaah….
Tapi mau tahu ga? Setidaknya, Indonesia punya prestasi loh di bidang kelapa sawit. Prestasi?? ah, masa sih?
Indonesia itu eksportir kelapa sawit terbesar di dunia dengan nilai 51,7 persen. Hmmm, besar banget ya? Ah, syuddaaaaaahlaaah….
Untungnya sih keliatan, buntungnya? Siapa yang perbaiki lahannya? Pemerintah? Wadeeezzziiiggg!!
Usut punya usut, dana Rp 5 triliun dari Pemerintah itu dialokasikan untuk perkebunan kelapa sawit rakyat melalui Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPBD) Kelapa Sawit.
Hmmm, emangnya sebagai eksportir terbesar kelapa sawit, Pemerintah ga bisa ya minta dana Coorporate Social Responsibility (CSR) ke perusahaan yang keruk untung kelapa sawit itu sebelumnya? Biar dana yang Rp 5 triliun ga nge-bebani pemerintah lagi.
Berani ga ya Pemerintah meminta dana CSR untuk peremajaan perkebunan kelapa sawit ke perusahaan? Hmmm, apa pilih legowo tekor gitu aja?
Tapi yakin tuh tekor, masa ga dapet sih dari cipratan sebagai eksportir terbesar di dunia? Weleeeh weleeh. (Z19)