Site icon PinterPolitik.com

Pemerintah ‘Paksa’ Minum Air Kotor?

Pemerintah'Paksa' Minum Air Kotor?

Presiden Jokowi di Istana Bogor. (Foto: Istimewa)

“Air berkata kepada yang kotor, ‘Kemarilah.’ Maka yang kotor akan berkata, ‘Aku sungguh malu.’  Air berkata, ‘Bagaimana malumu akan dapat dibersihkan tanpa aku?” ~ Jalaluddin Rumi


PinterPolitik.com

[dropcap]A[/dropcap]ir adalah sumber kehidupan. Maka,  jangan sia-siakan air sesuai dengan apa yang kita mau, tapi gunakan air sesuai yang kita butuhkan.

Indonesia sebagai salah satu negara agraris tentu harus ditopang oleh pasokan air yang cukup. Seperti halnya air irigasi yang bersumber dari Sungai Citarum dan mampu mengaliri 420.000 hektar sawah.

Tapi, gimana ya kalau airnya itu ternyata kotor banget. Emangnya masih layak bagi area pesawahan? Apalagi limbah pabrik yang semakin menggila. Waduh.

Emang pabrik itu ga pake analisa dampak lingkungan ya? Weleeeeh weleeeh, mungkin lebih baik mengeruk untung yang besar, daripada ngurusin limbah. Ah, buat apa, nanti juga warga lupa sendiri, weleeeh weleeeh.

Kabarnya, Sungai Citarum merupakan sungai terkotor bahkan terhitam dibanding yang lainnya. Lah kalau begitu, kok masih mau dijadikan sumber air minum dan irigasi pesawahan? Nanti sawahnya bukannya jadi subur tapi malah gagal panen lho, kalau begitu. Huffftt.

Kemaren sih, Presiden Jokowi udah menginstruksikan untuk revitalisasi sungai tersebut ke seluruh jajarannya. Sebab Sungai Citarum kan berpengaruh bagi hajat hidup orang banyak. Hmmm, terpikir juga toh ternyata, weleeeh weleeeh.

Nah loh, kan udah diinstruksikan oleh Presiden, gimana reaksi jajarannya? Mau serius revitalisasi ga ya?

Etttt, dagelan muncul lagi dengan adanya sesumbar dari salah satu Menteri Kabinet Kerja. Katanya dalam kurun waktu 5 – 10 tahun ke depan, air di Sungai Citarum sudah bisa diminum.

Weleeeeh weleeeh, ah itu kalimat retoris doang kali, biar menebarkan harapan. Hati-hati harapannya palsu ya.

Tapi secara logika aja, sekarang warna airnya hitam pekat, masa iya nanti bisa diminum? Hmmm, aneh banget ga sih?

Salah satu faktornya kan akibat limbah pabrik. Nah kalau air itu mau bisa diminum, berani ga pemerintah menutup pabriknya?

Faktanya kan gara-gara limbah pabrik tuh, hayooo berani ga ya?

Terus kalau udah lewat dari 5-10 tahun, air Sungai Citarum tetap kotor gimana? Buat irigasi sawah aja ga layak, apalagi untuk diminum.

Pemerintah masih mau ‘maksa’ masyarakat minum air kotor itu? weleeeeh weleeeeh. (Z19)

Exit mobile version