“Bung Karno selalu menegaskan artinya Islam. Islam yang berkemajuan, Islam Nusantara yang berkemajuan untuk Indonesia raya.” ~ Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto.
PinterPolitik.com
[dropcap]P[/dropcap]asti kita sering mendengar anekdot mengenai polarisasi dan dikotomi antara ideologi Islam dan nasionalisme dalam sebuah partai politik yang gak pernah bisa menyatu. Saking terpisahnya, mereka ini udah kayak minyak dengan air yang gak akan mungkin bisa menyatu.
Jadi wajar jika kita temukan pandangan masyarakat yang menganggap Partai Politik yang berideologi Islami, sudah pasti Islamnya. Begitu juga sebaliknya, partai yang gak bawa embel-embel Islam, seperti ideologi nasionalis akan dipandang gak Islami. Mmm, kok terkotak-kotakan gini ya cara pandangnya.
Berhubung masyarakat di Indonesia dominan adalah umat Muslim, maka partai politik yang mengusung ideologi agama, khususnya Islam, akan sangat diuntungkan. Partai yang ideologinya lain gimana? Ya gitu deh, terdiskriminasi dengan sendirinya. Kician banget sih. Cup cup cup, belum kiamat kok, santai bray.
Nah untuk itu, partai yang gak membawa embel-embel agama dalam ideologinya harus gercep niy untuk mengantisipasi sentimen negatif dari masyarakat menjelang Pilkada dan Pilpres kali ini. Yup, seperti yang dilakukan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto bersama pengurus Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) baru-baru ini menemui Imam Besar Masjid Istiqlal, KH Prof Nasaruddin Umar, Rabu (11/4). Pertemuan ini dimaksudkan untuk bersilaturahim dan bertukar cerita tentang sejarah Istiqlal dan keislaman Presiden Sukarno.
Namun, agenda utama pertemuan ini adalah penyampaian pesan dari Hasto bahwa PDIP merupakan partai yang sejalan dengan ajaran Islam, buktinya proses kaderisasi di internal partai ini yang mengajarkan keislaman serta sejarahnya. Islam Nusantara, Islam Indonesia dengan beragam budaya bangsa.
Mmm, apa artinya PDIP sedang melancarkan strategi untuk mengembalikan kepercayaan umat Muslim kepada partai ini? Woalah, jadi maksudnya di sini, PDIP mau menyampaikan pesan kepada umat Muslim Indonesia kalau partai banteng ini juga partai yang mengangkat nilai-nilai Islami toh. Ya boleh lah, not bad!
Mungkin PDIP ingin mengikuti pesan Din Syamsuddin, dalam bukunya (1993) mengenai paradigma yang menyatakan bahwa antara agama dan negara merupakan suatu yang saling terkait dan berhubungan (simbiotik). Jadi kalau partai mau diterima masyarakat secara penuh, ya harus menjajakan diri dengan nilai-nilai ajaran Islam di dalamnya. (K16)