“Jika orang menjadi baik karena mereka takut mendapat hukuman atau mengharapkan hadiah, maka meraka berada dalam penyesalan yang besar.” ~ Einsten
PinterPolitik.com
[dropcap]B[/dropcap]ila kekuasaan kini sedang diperebutkan, apakah tak ada pikiran yang terlintas bahwa menjadi pemimpin itu tak mudah?
Dari segi orientasinya saja, pemimpin itu tak lagi memprioritaskan pribadinya, karena tujuannya hanya membahagiakan dan mensejahterakan warganya.
Apakah saat kekuasaan diperebutkan membuat para politikus semakin tertantang untuk ngotot memastikan kemenangannya? Ahhh syudahlah. Mungkin masyarakat juga perlu melihat bagaimana cara para politikus itu memimpin.
Sekaligus mari buktikan juga pernyataan yang mengungkapkan, bila anda ingin menguji seseorang maka berilah ia kekuasaan.
Akhirnya sebagai ajang uji coba, para politikus diberikan kesempatan untuk memimpin. Hasilnya, tak banyak yang berhasil mengendalikan kekuasaan, bahkan tak sedikit juga yang malah menyelewengkan kekuasaannya.
Kalau begini akhirnya, siapa yang dikorbankan? Masyarakat!
Padahal, pemimpin itu maju dalam kontestasi politik melalui restu dari masyarakat. Kalau masyarakat kecewa, hukuman apa yang pantas diberikan kepada pemimpin ini? Ahhh syudahlahhhh.
Kalau di Indonesia, biasanya warganya terlalu baik hati, bahkan saat dibohongi pemimpinnya, warga hanya mengancam untuk menjegal pemimpin itu di Pemilu selanjutnya, weleeeeeh weleeeeeeh.
Apakah warga di Indonesia sudah terbiasa disakiti oleh politikus atau memang terlalu baik?
Tapi sangat berbeda sekali dengan di Bolivia. Warga Bolivia sangat marah bila pemimpinnya itu tak memiliki kinerja yang baik dan tidak menuntaskan janji kampanyenya, maka pemimpin itu harus menerima ganjarannya.
Hal ini bukan merupakan langkah membabibuta warga yang kecewa dengan pemimpinnya. Bukan juga karena ketidaktahuan warga dengan hukum.
Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Warga Bolivia menggunakan haknya secara konstitusional untuk memasung pemimpinnya selama satu jam apabila memiliki kinerja buruk dan tak bisa menepati janji kampanyenya.
Weleeeeh weleeeh, kalau dikorelasikan dengan Indonesia, tentu saja langkah pasung – memasung begini hanya akan mengantarkan kita pada Hotel Prodeo. Wedeeewww!
Kalau Indonesia menganut aturan seperti Bolivia, bersediakah Presiden, Gubernur, Walikota, Bupati dan para pejabat lainnya untuk dipasung oleh warganya sendiri kalau tidak menjalankan kinerja dengan baik? Weleeeeh weleeeeh. (Z19)