Site icon PinterPolitik.com

Partai Terpaksa ‘Pelihara’ Penyusup

Partai Terpaksa ‘Pelihara’ Penyusup

Pimpinan Partai Politik yang mengambil nomor urut peserta Pemilu 2019. (Foto: Istimewa)

“Dalam situasi tertentu, terkadang melakukan sesuatu jauh lebih baik ketimbang diam pasrah dan berdoa.”


PinterPolitik.com

[dropcap]J[/dropcap]elas bukan sebuah kebetulan, adanya kader otentik partai politik yang ‘sengaja’ didistribusikan menjadi penyusup di panitia pemutakhiran data pemilih (PPDP), Panitia Pemilu dan Panitia Pengawas Pemilu.

Yang jelas bukan untuk berprasangka buruk tapi bicara fakta, tak mungkin ada sebuah kebetulan dalam dunia politik, semua sudah pasti teragendakan secara sistematis. Tujuannya apa? Penyusup itu akan ‘mengamankan’ segala sesuatu yang berkaitan dengan kepentingan partainya, kalau bicara jahatnya sih, mungkin menggembosi suara partai atau calon lain.

Siapa ya yang kecolongan? Atau hal ini sudah biasa bagi partai politik? Weleeeeh weleeeeh, apa emang susah untuk berbuat jujur di dunia politik, kok malah kecurangan terus sih yang dipertontonkan partai politik.

Kalau kalah ya kalah aja sih, ga perlu curang begini. Pake distribusikan penyusup segala, ahhhh syudahhhlah.

Yang lebih ngeri lagi, para penyusup itu bukan hanya seorang kader partai, tapi mereka juga adalah pengurus partai. Woailaaaahhh, kalau begini sudah jelas kan agendanya apa? Hadeuuuhhh.

Apa semua partai politik sudah dibutakan dengan kemenangan? Jadi semua cara halal gitu dilakuin? Heuuuhhh, seenak jidat aja. Harusnya sih nyadar gitu, kalau partai politik atau calon kepala daerah itu kalah, berarti belum layak atau belum saatnya jadi pemimpin dan mendapatkan kekuasaan.

Kalau para penyusupnya itu sudah ketauan dan ditangkap, lalu gimana dong nasib kemenangan calon atau partai politik itu? Ya kalau ngarepnya dari kecurangan itu sih sudah pasti gagal total, weleeeeh weleeeeh.

Tapi kalau dilihat dari sisi yang lain, mungkin partai politik itu sedang membabibuta asalkan menang, tapi coba deh lihat lagi partai politik itu, kasihan juga ya. Mungkin suaranya sudah melempem jadi mau tak mau terpaksa melakukan hal – hal yang terlarang.

Aaaahhh syudahhhlah, berhentilah menghujat, lebih tepatnya mending kita kasihani saja partai politik itu. Tapi inget, jangan karena kasihan terus terpaksa memilihnya, etttt jangan juga.

Lebih baik diam aja dan jadi saksi dari tenggelamnya partai politik itu, weleeeeh weleeeh. Kasihan ga sih? Kasihan sekali, pukkk, puuukkkkk. (Z19)

Exit mobile version