HomeCelotehPartai Terpaksa ‘Pelihara’ Penyusup

Partai Terpaksa ‘Pelihara’ Penyusup

“Dalam situasi tertentu, terkadang melakukan sesuatu jauh lebih baik ketimbang diam pasrah dan berdoa.”


PinterPolitik.com

[dropcap]J[/dropcap]elas bukan sebuah kebetulan, adanya kader otentik partai politik yang ‘sengaja’ didistribusikan menjadi penyusup di panitia pemutakhiran data pemilih (PPDP), Panitia Pemilu dan Panitia Pengawas Pemilu.

Yang jelas bukan untuk berprasangka buruk tapi bicara fakta, tak mungkin ada sebuah kebetulan dalam dunia politik, semua sudah pasti teragendakan secara sistematis. Tujuannya apa? Penyusup itu akan ‘mengamankan’ segala sesuatu yang berkaitan dengan kepentingan partainya, kalau bicara jahatnya sih, mungkin menggembosi suara partai atau calon lain.

Siapa ya yang kecolongan? Atau hal ini sudah biasa bagi partai politik? Weleeeeh weleeeeh, apa emang susah untuk berbuat jujur di dunia politik, kok malah kecurangan terus sih yang dipertontonkan partai politik.

Kalau kalah ya kalah aja sih, ga perlu curang begini. Pake distribusikan penyusup segala, ahhhh syudahhhlah.

Yang lebih ngeri lagi, para penyusup itu bukan hanya seorang kader partai, tapi mereka juga adalah pengurus partai. Woailaaaahhh, kalau begini sudah jelas kan agendanya apa? Hadeuuuhhh.

Apa semua partai politik sudah dibutakan dengan kemenangan? Jadi semua cara halal gitu dilakuin? Heuuuhhh, seenak jidat aja. Harusnya sih nyadar gitu, kalau partai politik atau calon kepala daerah itu kalah, berarti belum layak atau belum saatnya jadi pemimpin dan mendapatkan kekuasaan.

Kalau para penyusupnya itu sudah ketauan dan ditangkap, lalu gimana dong nasib kemenangan calon atau partai politik itu? Ya kalau ngarepnya dari kecurangan itu sih sudah pasti gagal total, weleeeeh weleeeeh.

Tapi kalau dilihat dari sisi yang lain, mungkin partai politik itu sedang membabibuta asalkan menang, tapi coba deh lihat lagi partai politik itu, kasihan juga ya. Mungkin suaranya sudah melempem jadi mau tak mau terpaksa melakukan hal – hal yang terlarang.

Baca juga :  Effendi Simbolon: Membelah Laut “Merah”?

Aaaahhh syudahhhlah, berhentilah menghujat, lebih tepatnya mending kita kasihani saja partai politik itu. Tapi inget, jangan karena kasihan terus terpaksa memilihnya, etttt jangan juga.

Lebih baik diam aja dan jadi saksi dari tenggelamnya partai politik itu, weleeeeh weleeeh. Kasihan ga sih? Kasihan sekali, pukkk, puuukkkkk. (Z19)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

Wali Kota Depok ‘Biduan Lampu Merah’

"Kualitas humor tertinggi itu kalau mampu mengejek diri sendiri. Cocok juga ditonton politisi. Belajar becermin untuk melihat diri sendiri yang asli, " - Butet...

DPR Terpilih ‘Puasa Bicara’

“Uang tidak pernah bisa bicara; tapi uang bisa bersumpah,” – Bob Dylan PinterPolitik.com Wakil rakyat, pemegang amanah rakyat, ehmmm, identitas yang disematkan begitu mulia karena menjadi...

Ridwan Kamil Jiplak Jurus Jokowi

“Untuk melakukan hal yang buruk, Anda harus menjadi politisi yang baik,” – Karl Kraus PinterPolitik.com Pemindahan Ibukota masih tergolong diskursus yang mentah karena masih banyak faktor...