Sudah riang mendaftar, tapi sayang Partai Idaman belum lolos verifikasi. Sungguh TER-LA-LU!
PinterPolitik.com
[dropcap size=big]L[/dropcap]angkah ringan Bang Oma di gelanggang politik negeri mungkin akan terasa berat kali ini. Bagaimana tidak? Partai besutannya, Partai Idaman, yang digadang-gadang bakal ikut memeriahkan pesta Pilpres 2019 ternyata tak lolos verifikasi di KPU.
Tapi bukan Raja Dangdut namanya, jika tak mbalas perbuatan KPU. Bang Oma langsung saja mengadukan KPU ke Bawaslu dengan delik pelanggaran administrasi. Nah, menunggu keputusan Bawaslu inilah, sabdanya turun meyakinkan semua kader Partai Idaman untuk terus bekerja melengkapi berkas. Sementara itu, Bang Oma terus coba berkonsultasi dengan Dewan Kehormatan Penyelenggaraan Pemilu.
Bagi orang yang tak punya minat dan ambisi di dunia politik, barangkali akan menilai usaha Bang Oma cuma buang-buang waktu, tenaga, dan duit saja. Wong, sudah jadi Raja Dangdut ternama, mau apa lagi?
Tapi mungkin ada benarnya penilaian itu. Terhalangnya Partai Idaman menuju gelaran Pilpres 2019 bisa jadi adalah pertanda jika jalan Bang Oma sejatinya mendakwah saja lewat lagi-lagu dangdutnya, alias tak perlu terjun ke dunia politik pragmatis yang fana.
Tak perlu jadi pejabat negeri, Bang Oma sudah didaulat sebagai simbol ketegaran lelaki nusantara, dipuja-puja bunga desa di bawah naungan langit jingga. Jika harus bergelut dengan politik yang seringkali kotor, peraih gelar Profesor Honoris Causa dalam bidang musik dari Northern California Global University dan American University of Hawaii ini, mau tak mau harus rela kehilangan kharismanya karena jadi bulan-bulanan netizen dalam meme setiap Pemilu digelar.
Politik kejam, Bang Oma. Memang lebih baik wakafkan saja lagu-lagu ikonik Bang Oma kepada para pengamen dan penyanyi organ di belahan nusantara NKRI tanpa royalti. Niscaya, selain mendatangkan banyak pahala yang tak habis, nama Bang Oma tetap akan dicatut dan dikenang berkali-kali oleh rakyat. Ini tanpa politik-politik prahmatis, lho.
Percayalah, rakyat banyak akan selalu menanti melodi cinta Bang Oma yang memang tak pernah gagal mengisi malam-malam gembira tanpa terjebak dalam dosa-dosa hina. Nah, daripada stress karena dibohongi dan dieksploitasi oleh politik, sebaiknya pikirkan langkah bijak untuk mundur perlahan. Karena apa? Karena kalau sudah stress karena politik, obatnya bukan iman dan takwa, apalagi nada-nada aduhai dangdut semata.
Eh, atau Bang Oma mau coba lima tahun lagi? Siapa tahu saat itu parpol Bang Oma sudah bisa jadi idaman masyarakat betulan. (A27)