“Seharusnya Kemenag tidak begitu terburu-buru. Apa sih yang ditakutkan? Jadi perlu ngatur-ngatur ulama (dengan mengeluarkan rilis 200 nama mubaligh). Ulama kan enggak bisa diatur. Intinya saya enggak setuju itu,” ~ Sekjen KAHMI, Asrul Kidam.
PinterPolitik.com
[dropcap]B[/dropcap]aru-baru ini Kementerian Agama (Kemenag) mengeluarkan rilis daftar 200 nama mubaligh (pendakwah) dalam rangka sebagai referensi umat muslim Indonesia saat mengikuti kegiatan keagamaan di bulan Ramadan. Namun, sepertinya tidak semua pihak mendukung tindakan Kemenag tersebut, karena beranggapan langkah ini dirasa tidak cukup tepat.
Nah, salah satu pihak yang mengkritik Kemenag adalah Korps Alumni Mahasiswa Islam (KAHMI). Kata mereka tuh ya, Pemerintah itu gak perlu atur-atur urusan penceramah sampai segitunya. Seakan Pemerintah paranoid pasca peristiwa teror bom di sejumlah tempat beberapa waktu lalu. Maca ci, mi apa?
Ya gak bisa dipungkiri sih, peristiwa teror bom yang selama ini terjadi di Indonesia dilakukan oleh umat muslim sendiri. Tentunya pemahaman mereka masuk kategori radikal. Paham yang seperti apa tuh? Apalagi coba kalau bukan paham ‘takfiri’. Karena menurut Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Pringsewu, Taufiqurrohim, paham radikalisme berkembang dari paham ‘takfiri’ ini.
Dalam buku Ar-Risalah Ats-Tsalatsiniyah, Asy-Syaikh Abu Muhammad menjelaskan salah satu paham ‘takfiri’ adalah mengkafirkan setiap orang yang bekerja di instansi-instansi pemerintah kafir (termasuk aparat keamanan) serta mengkafiran semua orang yang tidak mau mengkafirkan pemerintah thaghut.
Kan serem juga kalau saat Ramadan seperti ini umat muslim Indonesia justru mendapatkan bahan kajian dari para mubaligh yang berpaham ‘takfiri’. Bisa-bisa seluruh umat muslim Indonesia terkontaminasi paham radikal. Dan ujung-ujungnya mulai deh bermunculan kelompok terorisme baru. Pusing pala barbie.
Lah, tuh ternyata baik loh tujuan dari Kemenag. Terus ngapain KAHMI harus kontra ya. Aya aya wae ah. Toh sebenernya rilis daftar mubaligh ini untuk kemaslahatan untuk umat kok. Jadi apa-apa jangan diriweuhin atuh. Norki tau gak sih! Jadi sebutan KAHMI bahwa Pemerintah itu takut ya gak berdasar keles.
Tapi menurut eike sebenernya bagusan kalau Kemenag itu mengeluarkan daftar nama mubaligh yang dilarang aja. Maksud eike, kan akan lebih baik jika yang dirilis adalah nama-nama yang tidak direkomendasikan karena berpotensi menyebarkan ajaran Islam yang melenceng.
Jadi kalau ada yang melihat niatan baik Kemenag ini sebagai sesuatu yang unfaedah, ya artinya kita harus pertanyakan tuh tendensi apa dibalik pernyataan penolakan itu. Jangan-jangan mereka-mereka ini di-support sama mubaligh ‘takfiri’ untuk menyuarakan penolakan? Ini mah serigala berbulu domba. Hadeuh.
Sebagai sesama muslim harusnya kita ini mendukung kebijakan Kemenag. Dan menjadi pribadi beragama seperti yang digambarkan filsuf Voltaire(1694-1778): “I die adoring God, loving my friends, not hating my enemies, and detesting superstition.” (K16)