“Mencari kesetiaan itu seperti mencari jarum di dalam tumpukan jerami. Kesetiaan itu seperti angin, Anda tidak bisa mencarinya. Tapi Anda bisa merasakannya.”
PinterPolitik.com
[dropcap]S[/dropcap]udah jatuh, tertimpa tangga pula. Dari perkembangan kasus dugaan korupsi KTP-el yang menjerat Papa melahirkan diskursus di kalangan masyarakat.
Antara akankah Papa bisa lolos kembali atau pasrah dengan hukum yang berlaku? Salah satu kuncinya ialah bagaimana pengacara Papa memiliki argumentasi hukum di sidang praperadilan.
Tapi Papa akan terbebani lebih, karena pengacaranya mengundurkan diri dan tak setia menemani Papa. Weleeeh weleeeh
Lagi kondisi sulit dan prihatin seperti ini kesetiaan kolega Papa bisa diuji.
Entah hal apa yang menjadi alasan kesetiaan pengacara Papa menjadi luntur? Hmmm, weleeeh weleeeh.
Mungkinkah karena khawatir dengan persepsi publik kalau pengacara itu membela koruptor akan menjadi koruptor? Ya jelas tidaklah.
Karena pengacara kan tidak bisa diidentikkan dengan orang yang ditersangkakan. Weleeeeh weleeeh
Padahal untuk dapat menangani kasus Papa tentu akan menambah jam terbang yang berkesan bagi perjalanan seorang advokat? Kenapa?
Ya iyalah Ketua Parlemen loh yang terjerat kasus. Apalagi ditambah dengan kasusnya mega proyek lagi. Lahan basahlah hehehe.
Tapi apalah daya, tangan tak sampai. Semua sudah terjadi. Dua pengacara kondang telah mengundurkan dirinya dari tim kuasa hukum Papa.
Pengacara Maqdir Ismail kini menjadi ‘kapten kapal’ @sn_setyanovanto setelah Fredrich Yunadi dan Otto Hasibuan mundur. Bagaimana strategi Maqdir?https://t.co/itNbkFqL52
— detikcom (@detikcom) December 8, 2017
Tapi, Papa jangan bermuram durja ya, masih ada kok pengacara yang bisa menaruh kesetiaan kepada Papa. Ia adalah Maqdir Ismail. Hehehe bisa bernafas lega ya Papa weleeeh weleeeh.
Kalau kata slogan tim sepakbola Liverpool “You’ll Never Walk Alone” ahahahay. Jadi santai dan tenang saja Papa. Tapi alasan apa ya yang membuat Maqdir bertahan dan setia kepada Papa?
“Hukum yang tidak mengandung keadilan bukanlah hukum.”
Kata mutiara seorang filsuf dunia, Santo Agustinus yang menggerakkan hati Maqdir untuk tetap membela hak – hak Papa.
Wow sangat filosofis sekali pengacaranya. Weleeeh weleeeh. (Z19)