Tak hanya foto bersama Mbah Marx dan Lenin, Fadli Zon juga pernah selfie bersama Donald Trump, Presiden Xin Jinping dari Tiongkok, dan Raffi Ahmad.
PinterPolitik.com
[dropcap size=big]D[/dropcap]i mana pun berada, Fadli Zon selalu menjadi penanda. Kini foto-fotonya saat menziarahi makam Karl Marx dan Lenin ramai berseliweran di media sosial. Banyak netizen dari berbagai kelompok menyandingkan foto Wakil Ketua DPR itu dengan pernyataan ‘anti-komunis’-nya. Pas dengan penanda isu kebangkitan PKI yang digoreng tiap tahunnya menjelang 30 September, bukan?
Kalau ada yang belum ngeh siapa itu Karl Marx dan Lenin alias Vladimir Lenin, mereka adalah tokoh komunisme. Karl Marx merupakan pencetus ideologi komunisme, sementara Lenin mengaplikasikannya ketika membangun Uni Soviet di tahun 1917-an.
Sebagai orang yang gemar membagikan pendapat dan cocot-nya di media sosial, tak aneh jika Fadli lantas jadi jadi bulan-bulanan setelah membagikan di sosial media. Fotonya yang tersenyum manis membawa rangkaian kembang di makam Karl Marx dan wajah sumringahnya bersanding dengan patung lilin Lenin, kini terus-terusan dikontraskan dengan cuitan-cuitan galaknya soal bahaya PKI.
Namun, bukan Fadli juga namanya kalau tak bisa ngeles. Foto-foto yang beredar di tahun 2011 dan 2014 lalu itu disebutnya bukan apa-apa. Ia hanya suka berziarah ke makam para tokoh-tokoh bangsa. Kabarnya lagi tak hanya Karl Max dan Lenin, ia juga hobi menyambangi makam Wali Songo hingga Soekarno.
Perkataan Fadli mungkin ada benarnya, ia memang hanya suka berfoto dengan tokoh-tokoh yang dianggapnya keren dan terkenal. Soal ideologi, posisi politik, kebijakan, atau apalah itu namanya, tak jadi soal buat Fadli. Sebab, seperti kebanyakan milenial jaman now, selfie bersama orang famous adalah sebuah pencapaian. Tak hanya sesama politikus, Fadli juga tertangkap kamera selfie bersama artis dan petinju handal. Tak percaya? Silakan googling saja.
Fadli Butuh Panutan
Ingat tidak foto Fadli yang tak kalah kontroversialnya bersama Presiden Amerika, Donald Trump, tahun lalu? Ia bersama Setya Novanto bahkan sempat dituding sebagai pendukung supremasi kulit putih dan anti Islam karena foto tersebut.
Sama seperti tuduhan komunis yang dilayangkan kepadanya, ia tentu menyangkal. Ya iyalah, yang Fadli tahu Trump itu terkenal, titik. Dia tak tahu, atau mungkin tak peduli, kalau Pakdhe Trump ini terkenal karena reputasi buruk di negaranya dan kebetulan negara asalnya ini powerful. Begitu juga selfie yang dilakukan Fadli dengan Presiden Tiongkok Xin Jinping dan artis kenamaan negeri, Raffi Ahmad. Jadi tak ada, tuh rumus-rumus politik melawan wacana mainstream yang bisa diterjemahkan dari selfie–selfie Fadli.
Tapi dari sana pula kelihatan kalau Fadli sepertinya tak punya tokoh panutan. Dengan siapapun dia hormat, asal orangnya terkenal. Nah, ini yang gawat. Di dunia politik yang kejam dan penuh intrik, Zon butuh sosok panutan, role model, uswatun hasanah. Dia perlu belajar bagaimana meraup dukungan besar dan menjadi magnet media walau tak harus jadi media darling apalagi selebtwit.
Sebab sungguh sangat disayangkan, Fadli sudah mempunyai modal lumayan. Ia bisa mengundang perhatian, ceplas-ceplos, hobi nulis buku, temperamental, dan tanpa menye-menye bisa jadi magnet media. Eh, kok ya kalau dipikir-pikir bakatnya hampir sama dengan Donald Trump dari pada Karl Marx dan Lenin? Ah, kalau untuk Fadli hal ini tentu tak mengapa.
Namun hanya satu yang kurang dari Fadli, ia kurang kaya dan tak punya istri muda macam Trump. (A27)