“Sekber PKS dan Gerindra ini masih terbuka untuk bergabungnya partai-partai lain. Mudah-mudahan PAN juga bisa bergabung dalam Sekber ini.” ~ Anggota Badan Komunikasi Partai Gerindra, Andre Rosiade.
PinterPolitik.com
Bagai cerita cinta antara seorang pria dengan dua wanita. Pada akhirnya, pria itu tetap memilih salah satu dari wanita tersebut untuk dinikahi. Wanita mana yang akan dipilih, itu tergantung seberapa cinta dan kesetiaannya terhadap sang pria. Kalau cintanya hanya setengah-setengah dan cenderung mendua, jangan harap si pria akan meminangnya.
Ya begitulah, kurang lebih nasib Partai Amanat Nasional (PAN) setelah ditinggal oleh Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) saat mereka membentuk Sekretariat Bersama (Sekber) untuk Pemilihan Presiden 2019. Peresmian berlangsung pada Jumat, 26 April. Kician banget PAN gak diajak!
Lagian sih, PAN ‘Maju Mundur Cantik’ ala Inces Syahrini. Kena rayuan gombal Pakde Jokowi ya, hahaha. Ya udah sih, pilih setia balik lagi sama Gerindra-PKS atau membelot dukung Presiden Petahana? Kalau kelamaan di zona abu-abu, unfaedah deh. Jadi partai kok remang-remang gak jelas pendiriannya.
Tapi ingat loh ya, kalau balik bersama Gerindra-PKS, itu artinya harus siap jadi yang kedua setelah PKS loh. Jadi jangan harap dapat kursi Cawapres untuk Pilpres mendatang loh ya. Kalau eike mah udah patah hati tuh ditikung PKS. Mending balik badan dukung koalisi Pemerintah. Siapa tau kan nanti menang.
Kalau beneran menang, tinggal ledek balik tuh Gerindra-PKS dan partai lain yang ikut gabung ke Sekber. ‘Kician deh loh, gigit jari lagi jadi oposisi, kering-kering deh tuh kantong dompet, hahaha’. Tapi kalau PAN yakin dengan gabung ke Sekber lebih berpotensi memang Pemilu, sok atuh join mereka aja!
Yang pasti, pembentukan Sekber ini menunjukkan kekompakan kedua partai di dalamnya terutama mengenai pandangan politik menuju Pilpres. Sedangkan PAN masih terliat angot-angotan. Kadang tertiup angin ke kanan, kadang juga bisa tertiup angin ke kiri. Ya kayak layangan singit gitu deh. Gak pendirian banget sih.
Kalau boleh kita andaikan, PAN sebagai sosok seorang pria, ya jadilah pria yang gentle. Akui kekhilafannya karena gak setia, lalu meminta maaf dan balik kembali. Ya seperti halnya yang dikatakan filsuf Jonathan Swift (1667-1745), ‘A man should never be ashamed to own that he has been in the wrong, which is but saying… that he is wiser today than yesterday.’ (K16)