Permintaan Jusuf Kalla agar Jokowi mau bersikap ‘nakal’ supaya diperhatikan di dunia Internasional, ditanggapi Maruarar Sirait. Menurutnya, mungkin suatu saat Jokowi yang akan meminta JK untuk ‘nakal’.
PinterPolitik.com
[dropcap size=big]D[/dropcap]alam dunia perpolitikan, kenakalan kadang membawa keberuntungan. Anak nakal biasanya akan lebih dikenal, daripada anak pandai tapi lebih suka duduk nyempil dipojokan. Begitulah wejangan Opa pada Pakde, di suatu sore.
Menurut Opa, selama ini pamor Pakde sebagai Ketua RW tidak banyak dikenal masyarakat ditingkat Kelurahan. Padahal untuk maju sebagai Camat, nama Pakde minimal harus mendapatkan kesan tersendiri di masyarakat. (Baca juga: Indonesia Memble di Asean?)
“Kamu itu sudah tidak kaya, enggak nakal pula. Bagaimana orang bisa mengenal namamu,” celoteh Opa sambil menimang-nimang rokok klobot-nya. Jadi wajar saja kalau Pakde enggak masuk hitungan sebagai kandidat di pemilihan ketua camat.
“Coba liat itu, Si Jumping atau Fu Cin Cau, baru aja keluar mobil, semua orang langsung ngeluarin henponnya. Bahkan ada yang langsung live streaming segala! Padahal apasih mobilnya, kan roda empat juga. Tapi mereknya itu yang aneh, makanya mereka bingung itu sebenarnya mobil atau bajaj,” cerocos Opa lagi.
Jusuf Kalla Minta Presiden Jokowi untuk Bicara Lebih ‘Nakal’ di Forum Internasional https://t.co/KZwmw1VOlk
— Info Presiden (@ISPresiden) October 4, 2017
Walaupun Pakde begitu dikenal dan dihormati warganya, namun pamornya masih belum terdengar di telinga para petinggi kelurahan. “Gimana mau dimasukin ke vlog, kalau datang rapat ke kelurahan aja jalan kaki. Keringatnya kemana-mana lagi,” gerutu Opa lagi.
Makanya, Opa menyarankan Pakde untuk nakal saja. Seperti si Krepes yang kalau ngomong kayak orang ngamuk, gebrak-gebrak meja segala. Emang banyak yang pikir dia gila, tapi bagi Opa, lebih baik dikira gila daripada bukan siapa-siapa. Lihat saja Pakde, dilirik orang aja enggak.
Dibilang begitu, Pakde hanya diam dan manggut-manggut saja kepalanya. Padahal Bang Ara yang ikut duduk mendengarkan, jadi merah kupingnya. “Opa enggak boleh bilang begitu, masa Pakde yang tenang dan berdedikasi ini disamakan dengan si Krepes yang tukang pukul itu!” protesnya.
Mendengar protes Ara, Opa hanya memberi lirikan saja. Ia sibuk mengulum-ulum klobot di mulutnya. Tangannya sibuk memainkan pemantik api. Namun baru akan ia bakar klobot itu, tiba-tiba apinya mati sendiri. Hembusan angin yang datang tiba-tiba membuat Opa terkejut, makin terperanjat lagi ketika melihat Oma sudah ada dibelakangnya.
“Jangan dengarkan apa kata Opa! ” kata Oma, sambil mencabut paksa rokok klobot di mulutnya. “Dia sejak muda memang dikenal nakal. Bolos sekolah dan merokok saja kerjanya,” gerutu Oma sambil menghancurkan klobot itu dengan tangannya. “Ah, Opa bocah tua nakal rupanya,” kata Ara tertawa. Sementara Opa hanya bisa memandang Oma dengan wajah nelangsa. (R24)