HomeDuniaObama “Diminta” Calon Presiden Prancis

Obama “Diminta” Calon Presiden Prancis

Kecil Besar

Dalam petisi tersebut, para relawan Obama17 menyampaikan bahwa petisi  hanyalah lelucon, namun mempunyai tujuan serius, yaitu menyindir para kandidat Presiden Prancis. Juga ingin menunjukkan bahwa banyak warga Prancis yang tidak merasa nyaman dengan para kandidat presiden.


pinterpolitik.com

JAKARTA – Pemilihan presiden Prancis segera digelar, namun masih banyak warga yang belum menemukan sosok presiden yang cocok untuk memimpin negeri mode tersebut. Karena hal tersebut, sejumlah warga Prancis meminta mantan Presiden AS, Barrack Obama, untuk maju dalam pemilihan presiden pada 23 April 2017 mendatang.

Aspirasi warga Prancis tersebut tertuang dalam sebuah petisi yang dipublikasikan oleh situs bernama Obama2017.fr. Petisi yang muncul pada saat para kandidat Prsiden Perancis sedang melakukan gerilya politik untuk mencari simpati publik, dibuat oleh empat warga Paris, yang menamakan dirinya sebagai Obama17.

Obama17 melakukan hal tersebut karena partai ekstrem kanan Prancis mulai mendominasi jajak pendapat menjelang pilpres. Bukan hanya petisi di dunia maya yang mereka buat, tapi juga menyebarkan 500 poster di sekitar Paris sejak pekan lalu. Petisi tersebut disambut hangat oleh masyarakat, bahkan yang mendukung sudah mencapai 30 ribu orang.

Dalam petisi tersebut, para relawan Obama17 menyampaikan bahwa petisi hanyalah lelucon, namun mempunyai tujuan serius, yaitu menyindir para kandidat Presiden Prancis. Juga ingin menunjukkan bahwa banyak warga Prancis yang tidak merasa nyaman dengan para kandidat presiden.

Dalam jajak pendapat, kandidat Marine Le Pen, yang juga petinggi partai kanan Front Nasional dan salah satu politisi populis di Eropa, diperkirakan mendapatkan suara terbanyak. Dalam kampanyenya, Le Pen memberikan janji yang senada dengan kampanye Presiden AS, Donald Trump. Ia juga menyerang isu “imigrasi massal” dan globalisasi.

Untuk pemilihan presiden Prancis tahun ini, selain Marine Le Pen juga tampil  tiga kandidat lainnya, yaitu Francois Fillon (Les Republicans), Benoit Hamon (Socialists), dan Emmanuel Macron (Independent).

Setelah melihat beberapa kejutan dalam peta politik di Eropa dan Amerika, seperti keluarnya Inggris dari Uni Eropa dan terpilihnya Donald Trump sebagai presiden AS, apakah Prancis juga akan memberikan kejutan untuk dunia? (Berbagi sumber/A15)

spot_imgspot_img

#Trending Article

Return of the Wolf Warrior?

Retorika internasional Tiongkok belakangan mulai menunjukkan perubahan. Kira-kira apa esensi strategis di baliknya? 

Prabowo’s Revolusi Hijau 2.0?

Presiden Prabowo mengatakan bahwa Indonesia akan memimpin revolusi hijau kedua di peluncuran Gerina. Mengapa ini punya makna strategis?

Cak Imin-Zulhas “Gabut Berhadiah”?

Memiliki similaritas sebagai ketua umum partai politik dan menteri koordinator, namun dengan jalan takdir berbeda, Muhaimin Iskandar (Cak Imin) dan Zulkifli Hasan (Zulhas) agaknya menampilkan motivasi baru dalam dinamika politik Indonesia. Walau kiprah dan jabatan mereka dinilai “gabut”, manuver keduanya dinilai akan sangat memengaruhi pasang-surut pemerintahan saat ini, menuju kontestasi elektoral berikutnya.

Indonesia Thugocracy: Republik Para Preman?

Pembangunan pabrik BYD di Subang disebut-sebut terkendala akibat premanisme. Sementara LG “kabur” dari investasinya di Indonesia karena masalah “lingkungan investasi”.

Honey Trapping: Kala Rayuan Jadi Spionase

Sejumlah aplikasi kencan tercatat kerap digunakan untuk kepentingan intelijen. Bagaimana sejarah relasi antara spionase dan hubungan romantis itu sendiri?

Menguak CPNS “Gigi Mundur” Berjemaah

Fenomena undur diri ribuan CPNS karena berbagai alasan menyingkap beberapa intepretasi yang kiranya menjadi catatan krusial bagi pemerintah serta bagi para calon ASN itu sendiri. Mengapa demikian?

It is Gibran Time?

Gibran muncul lewat sebuah video monolog – atau bahasa kekiniannya eksplainer – membahas isu penting yang tengah dihadapi Indonesia: bonus demografi. Isu ini memang penting, namun yang mencuri perhatian publik adalah kemunculan Gibran sendiri yang membawakan narasi yang cukup besar seperti bonus demografi.

Anies-Gibran Perpetual Debate?

Respons dan pengingat kritis Anies Baswedan terhadap konten “bonus demografi” Gibran Rakabuming Raka seolah menguak kembali bahwa terdapat gap di antara mereka dan bagaimana audiens serta pengikut mereka bereaksi satu sama lain. Lalu, akankah gap tersebut terpelihara dan turut membentuk dinamika sosial-politik tanah air ke depan?

More Stories

Infrastruktur Ala Jokowi

Presiden juga menjelaskan mengenai pembangunan tol. Mengapa dibangun?. Supaya nanti logistic cost, transportation cost bisa turun, karena lalu lintas sudah  bebas hambatan. Pada akhirnya,...

Banjir, Bencana Laten Ibukota

Menurut pengamat tata ruang, Yayat Supriatna, banjir di Jakarta disebabkan  semakin berkurangnya wilayah resapan air. Banyak bangunan yang menutup tempat resapan air, sehingga memaksa...

E-KTP, Dampaknya pada Politik

Wiranto mengatakan, kegaduhan pasti ada, hanya skalanya jangan sampai berlebihan, sehingga mengganggu aktivitas kita sebagai bangsa. Jangan juga mengganggu mekanisme kerja yang  sudah terjalin...