“Bagaimana mencari pemimpin dengan hemat dan bebas korupsi, di tengah kondisi kepartaian berbiaya mahal, tapi miskin legitimasi”. – Najwa Shihab
Pinterpolitik.com
Cinta itu emang gak jelas ya gengs, serba tidak menentu, bikin pusing, tapi juga memberikan senyuman. Kalau udah cinta mah, ibaratnya nih, kotoran kucing aja jadi rasa coklat. Beh, budak cinta (bucin) banget ya.
Apalagi pas nembak dan jawabannya nggak ditolak tapi juga nggak diterima. Itu kayak milih caleg pas Pemilu, tapi nyoblosnya sambil tutup mata. Hahahaha. Apalagi kalau jawabannya ayo kita jalanin dulu aja, siapa tau cocok. Wadaw, ini nih, yang menciderai kode etik dunia percintaan. Hadeh.
Jangan bilang kalau kalian banyak yang seperti itu ya gengs. Hehehe.
Yang terbaru nih gengs, ada kelompok yang bernama Gerakan Bersihkan (Geber) KPK mendesak agar Novel dipecat. Waduh, gimana ya nasibnya? Share on XNah, jika diibaratkan gengs, mungkin seperti itulah nasib keberlanjutan kasus penyiraman air keras yang diterima oleh penyidik senior KPK, Novel Baswedan. Digantung banget cuy. Ibaratnya, udah diberikan harapan nih, eh ternyata kena PHP. Aduh, sedih banget ya.
Padahal sejak dua tahun yang lalu sudah dibentuk tim penyidik gabungan untuk kasus yang menimpa doi loh gengs. Itu loh, terkait kasus penyiraman air keras. Tapi sampai saat ini hasilnya masih nihil, alias nol besar loh. Seakan ada tembok besar yang menghalangi banget, jadi kasus doi masih belum bisa terurai.
Yang terbaru nih gengs, malah ada kelompok yang bernama Gerakan Bersihkan (Geber) KPK mendesak agar Novel dipecat. Waduh, nasib emang tidak ada yang tau ya.
Nah, Geber menuduh bahwa saat ini KPK sudah tidak independen lagi cuy sebagai lembaga penegak hukum. Karena menurut mereka, lembaga itu cenderung tebang pilih dan terlihat mempunyai political interest kepada salah satu capres.
Mereka menduga aktor tersebut adalah Novel Baswedan gengs, karena namanya masuk dalam nominasi terkuat untuk menjadi Jaksa Agung jika Prabowo Subianto-Sandiaga Uno memenangkan pertarungan pilpres ini.
Dugaan ini semakin menguat ketika isu bahwa di dalam tubuh KPK saat ini sedang terpecah menjadi dua golongan, yaitu “polisi India” dan “Taliban” – istilah yang digunakan oleh beberapa pengamat. Jadi, kabut di KPK yang selama ini tertutupi juga mulai tersingkap, hal ini mengisyaratkan bahwa keadaan saling tikam antar anggota KPK memang benar ada cuy.
Yang menjadi pertanyaan besar nih gengs, kenapa baru sekarang ada kelompok yang mendorong pemerintah dan KPK agar memecat Novel? Terlihat tidak alami dan terkesan dibuat-buat gitu ya. Apa emang bener lagi ada kubu yang panik? Upsss.
Padahal, kalau emang nama Novel masuk dalam daftar calon Jaksa Agung, seharusnya itu sudah sejak lama ditampung dan informasinya sudah pasti menyebar ke mana-mana. Kenapa baru sekarang KPK didesak untuk memecat Novel? Hmmm, kalau kayak gini kan jadi gak bisa positive thinking cuy.
Atau jangan-jangan aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh Geber itu hanya settingan dan ada “bung besar” yang memang ingin Novel dicopot? Hmmm, semoga Ebiet G. Ade dan rumput yang bergoyang dapat menjawab ya. Hehehe. (F46)