“Aneh memang, maksud baik tak selalu dianggap baik. Niat baik tak selalu ditangkap dengan baik. Maka, mungkin ini isyarat dalam perjuangan bahwa kadang keinginan baik kita mesti dinomorduakan oleh kebenaran. Kita harus selalu bersikap benar.” – Fahri Hamzah
PinterPolitik.com
[dropcap]B[/dropcap]ukan hal asing ketika pemimpin memecat anak buahnya. Namun, jika anak buah memecat pemimpinnya, barulah ini menjadi hal yang patut dipertanyakan.
Partai politik memiliki tujuan dan pandangan untuk menyejahterakan anggotanya. Sebaliknya, anggota dari partai politik memiliki peran dan fungsi untuk memajukan dan membesarkan partainya.
Jika partai politik sudah berhasil menarik banyak simpati masyarakat, partai itu harus bekerja serius mendengarkan aspirasi masyarakat dan berjuang untuk aspirasi tersebut.
Aneh tapi nyata, banyak partai politik di negeri Ngigau justru sibuk mencari simpati rakyatnya dengan membuat program adu jotos. Anggota partai satu dengan yang lainnya sibuk memperebutkan kedudukan pribadi. Partai politik jadi sibuk jambak-jambakan nyari proyek.
Pantas negeri Ngigau banyak hutang. Duitnya dipakai untuk korupsi, berlibur, dan habis dipakai untuk bayar kas partai.
Mirisnya gengs, di negeri Ngigau masih banyak kasus gizi buruk.
Siapa yang peduli? Para pemimpin partai politik di negeri Ngigau lebih sibuk menyusun strategi demi investasi pribadi. Jangan kaget deh lihat rakyatnya pada kurang gizi.
Jangan pusing mengapa negeri Ngigau sulit untuk maju. Wong rakyatnya juga enggak peduli kok sama politik. Wong rakyatnya juga bilang politik tak lebih seperti legenda “Si Kancil Anak Nakal”.
Ada pepatah yang berbunyi: “Cintailah pekerjaanmu seperti kamu mencintai keluargamu sendiri.” Sudahkah kamu mencintai pekerjaanmu?
Kita perlu belajar tentang kesetiaan dan totalitas dalam bekerja ini dari Wakil Ketua DPR RI dari PKS, Fahri Hamzah. Meski ia terancam dipecat dari partainya dan harus kehilangan kedudukan di DPR, Fahri tetap berjuang mencari suaka untuk bertahan. Bukankah ini sebuah bukti betapa Fahri Hamzah begitu mencintai pekerjaanya?
Keadaan ini membuat Fahri Hamzah pandai membuat kata-kata bijak yang patut dijadikan panutan, misalnya yang berjudul “Pesan Untuk Pemimpin”.
Ini dia kata-kata yang disampaikannya kepada para wartawan itu: “Pimpinan seharusnya menggalang persatuan, bukan perpecahan, melakukan persekusi dan intimidasi. Aneh sekali. Mau ke mana kita?”
Widih gengs! Tidak disangka-sangka politisi beken ini puitis sekali ya? Ini baru yang namanya tokoh politik andalan Indonesia, udah kerjanya totalitas juga jago membuat puisi.
Jika dipikir-pikir, Fahri Hamzah sudah dipastikan tidak seperti apa yang dikatakan Nikita Khrushchev. Eits bukan Nikitar Mirzanong ya gengs hehehe, gini nih kata-katanya: “Politisi itu semuanya sama. Mereka berjanji membangun jembatan meskipun sebenarnya tidak ada sungai di sana.” (G11)