Site icon PinterPolitik.com

Ngopi, Tren Politik Indonesia

Ngopi, Tren Politik Indonesia

Semenjak Pemerintahan Jokowi, banyak pejabat negara yang jadi doyan ngopi-ngopi. Kopi dan politik, sepertinya memang tak bisa dipisahkan lagi.


PinterPolitik.com

“Lord, give me coffee to change the things I can and wine to accept the things I can’t.” ~ Unknown

[dropcap]I[/dropcap]ndonesia bukan negara tempat kopi berasal, tapi bersyukurlah karena Indonesia punya beragam kopi yang disukai dunia. Kopi sejatinya berasal dari Afrika. Tapi kopi Indonesia sendiri, asalnya dari Malabar, India, dibawa oleh orang-orang Belanda karena Nusantara  punya banyak dataran tinggi yang bagus untuk ditanami kopi.

Walau begitu, kopi Indonesia memang yang paling beragam aroma dan rasanya. Bayangkan saja, di setiap wilayah penghasil kopi, aroma dan rasa biji kopi yang dihasilkan bisa berbeda-beda. Lalu mengapa Indonesia masih ada di nomor empat saja? Entahlah, namun gara-gara pingin makin dikenal, semua petinggi Indonesia jadi doyan kopi.

Kabarnya sebelum jadi presiden, Jokowi bukanlah peminum kopi. Demi membudayakan kopi bangsa, sang presiden sekarang malah rajin banget ngajak orang-orang ngopi. Dari tamu biasa sampai pejabat negara, baik di Istana maupun warung kopi, pokoknya kegiatan ngopi jadi kerap muncul di berita sehari-hari.

Sejak era para sufi di Arab Saudi, kopi memang bukan hanya ‘obat’ penghilang kantuk. Kopi juga menjadi teman di ajang-ajang diskusi filosofi yang mereka lakukan berhari-hari. Pada era Presiden Soekarno, Presiden Amerika Serikat bahkan diajak diskusi tentang politik Indonesia di warung kopi.

Namun baru di era Jokowi, lobi-lobi politik dilakukan sambil ngopi-ngopi. Padahal di era sebelumnya, kebanyakan lebih suka pakai undangan ngeteh. Gara-gara Jokowi juga, sepertinya hampir setiap pejabat di negeri ini jadi harus ngopi. Bahkan Panglima TNI – yang lama maupun yang baru pun, jadi senang ngopi. Bahkan sampai ngopi di udara segala.

Kopi dan politik memang sulit dipisahkan. Sejak dulu, orang Indonesia sudah punya tradisi ngopi sambil ngomongin politik. Di warung kopi, dari mahasiswa sampai tukang becak bisa memuntahkan opini politiknya di sana. Semua orang punya hak untuk tiba-tiba jadi pengamat politik, ketika nyeruput kopi.

Bahkan Menteri Agrikultur Samoa, Lopa-o Mu-a yang enggak suka ngopi, pada akhirnya ikut-ikutan minum kopi, khusus kopi asal Indonesia. Itu semua cuma karena rekomendasi dari Duta Besar Jordania, katanya kopi Indonesia enak banget! Jadi pas ke sini, ia pun memborong kopi untuk ditanam di negaranya. Semoga saja rasanya tidak sama.

Intinya, sekarang kopi bukan saja komoditas bagi Indonesia saja. Karena kopi juga bagian dari politik di Indonesia. Semua lobi, nyaris dilakukan sambil ngopi-ngopi. Seperti adagium di atas, mari kita ngopi untuk mengubah berbagai hal yang bisa diubah di negeri ini. Menjadi lebih baik walau kerap dirasa getir. Segetir segelas kopi yang nikmat. (R24)

Exit mobile version