“Dulu kita sahabat, berteman bagai ulat. Berharap jadi kupu – kupu. Kini kita berjalan berjauh-jauhan. Kau jauhi diriku karna sesuatu,” – Sind3ntosca, Kepompong
Pinterpolitik.com
Ali Mochtar Ngabalin, sosok politisi ulung yang amat terkenal dengan penutup kepala khasnya. Nah, belakangan ini, bukan hanya penutup kepalanya saja yang membuat ia khas, tetapi kiprahnya sebagai tameng utama Istana dari berbagai isu.
Kiprah Ngabalin sebagai tameng itu kemudian ia coba tunjukkan kembali pada Aksi Mujahid 212 beberapa waktu lalu. Kala itu, politisi Golkar ini mengaku siap untuk menerima para pendemo yang akan mendatangi Istana.
Sayangnya, niat dari Ngabalin ini ternyata bertepuk sebelah tangan. Para peserta aksi ini mengaku jika mereka tidak memiliki minat untuk bertemu Ngabalin. Hiks, sedih ya, sudah mau pasang badan ternyata pihak yang mau “menyerang” malah tak berminat.
Wah, ini kisahnya jadi kisah Ngabalin yang dicampakkan. Niat berjumpa ternyata tak disambut. Secara khusus, kisah pencampakan Ngabalin ini jadi lebih tragis jika mengingat perjalanan karier Komisaris PT Angkasa Pura I ini.
Sebenarnya, Ngabalin ini lahir dan besar di kelompok yang serupa dengan kelompok Aksi Mujahid 212 ini. Ngabalin misalnya menjadi salah satu orator dalam Aksi 411 yang merupakan prekuel dari Aksi 212 dan berbagai demonstrasi setelahnya.
Eh, belakangan, Ngabalin justru malah mengambil posisi berbeda dengan teman-teman yang ikut lahir dan besar bersama di lingkaran 212. Alih-alih melakukan protes keras seperti mereka, Ngabalin justru malah jadi tameng bagi pemerintahan saat ini.
Mungkin, para peserta Aksi Mujahid 212 ini merasa dikhianati oleh Ngabalin. Seperti lagu Kepompong milik Sind3ntosca, kini mereka berjalan berjauh-jauhan, kelompok 212 jauhi diri Ngabalin karena sesuatu. Sesuatunya apa? Ya mungkin karena Ngabalin sekarang sudah di Istana.
Ya mungkin Pak Ngabalin ini harus bisa belajar lebih menjaga solidaritas lagi dengan teman-temannya di kelompok 212. Masak dulu orasi mengritik pemerintah, sekarang malah jadi tameng penguasa. Tapi ya wajar aja sih kalau kemudian lupa, wong dikasih jabatan dan kursi komisaris BUMN! Kalau begini sih, rasional sih kalau kelompok 212 tak berminat dengan Ngabalin.
Jadi, itulah kisah tentang Ngabalin yang dicampakkan. Eh, tapi ada kemungkinan Pak Ngabalin ini akan dicampakkan untuk kedua kalinya. Sekarang kan sudah hampir mau memasuki pembentukan pemerintahan baru, Pak Ngabalin bakalan tetap diajak gak ya? Atau bakalan dicampakkan juga? (H33)
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.