HomeTerkiniNEPOTISME ALA TRUMP?

NEPOTISME ALA TRUMP?

Trump menunjuk menantunya sendiri sebagai penasehat senior Gedung Putih.


pinterpolitik.com Selasa, 10 Januari 2017.

WASHINGTON – Donald Trump, presiden terpilih Amerika Serikat yang ‘kontroversial’, kembali mengeluarkan kebijakan kontroversial lain, bahkan sebelum dirinya resmi menjabat sebagai presiden. Setelah memproyeksikan kabinet yang katanya akan menjadi kabinet terkaya di dunia (total kekayaan para anggota kabinetnya diprediksi mencapi 10 miliar dollar Amerika Serikat), Trump melanjutkan kontroversi dengan menunjuk menantunya sendiri, Jared Kushner menjadi penasehat senior Gedung Putih.

Jared Kushner yang berumur 35 tahun merupakan suami dari Ivanka Trump, anak dari Donald Trump. Tim transisi Trump mengklaim pengangkatan Kushner bukan praktik nepotisme. Di Amerika Serikat memang tidak ada aturan hukum yang melarang presiden untuk mengangkat keluarganya untuk jabatan tertentu, namun praktik yang demikian akan menjadi penilaian tersendiri bagi masyarakat Amerika Serikat.

Kushner yang sebelumnya adalah pengusaha real estate, selanjutnya akan bekerja sama dengan Kepala Staf Gedung Putih yang baru, Reince Priebus.

Dalam beberapa kesempatan Trump mengungkapkan kekagumannya pada sosok menantunya itu.”Kushner aset yang luar biasa dan penasihat terpercaya,” katanya.

Reince Priebus juga menyampaikan kekagumannya pada menantu Trump itu. ”Jared (Kushner) adalah sosok visioner dengan kemampuan langka untuk berkomunikasi dan merakit koalisi yang luas. Dari dukungan pola pikir kewirausahaannya akan menjadi aset besar untuk tim,” kata Priebus pada kesempatan lain.

Mike Allen, salah satu co-founder Politico, adalah yang pertama kali mengisayaratkan dan membuat laporan terpilihnya Kushner sebagai penasihat senior Gedung Putih kepada MSNBC. ”Para pengacara telah menemukan bahwa dia bisa masuk, dia akan jadi penasihat senior,” kata Allen.

Penunjukkan Kushner tidak akan melanggar hukum anti-nepotisme AS, demikian klaim tim transisi Trump. Penunjukan posisi yang dipilihkan untuk Kushner juga dianggap tidak memerlukan konfirmasi dari Senat AS. Selain itu, tim transisi juga menyatakan bahwa Kushner tidak akan dibayar.

Baca juga :  Prabowo Bangun Nuklir, Dibantu Siapa?

Jamie Gorelick, seorang pengacara New York yang menjabat sebagai Deputi Jaksa Agung di era Presiden Bill Clinton merupakan sosok yang membantu menyarankan Kushner sebagai pengisi kursi penasihat senior Gedung Putih. Menurutnya, jabatan Kushner tidak akan melanggar UU 1967 tentang Anti-Nepotisme.

”Saya tidak mengatakan bahwa tidak ada argumen di sisi lain, dan saya menghormati orang-orang yang telah membuat argumen di sisi lain. Saya hanya berpikir kami memiliki argumen yang lebih baik,” ujar  Gorelick yang menegaskan tidak adanya pelanggaran nepotisme dalam penunjukan Kushner, seperti dikutip Reuters, Selasa (10/1/2017).

Tapi, Richard Briffault, seorang ahli etika pemerintah di Columbia Law School, tidak setuju dengan argumen itu.”Mengingat fakta bahwa presiden secara khusus disebutkan, Anda akan berpikir bahwa seseorang yang bekerja untuk presiden akan ditutupi oleh hukum anti-nepotisme,” katanya.

Menarik untuk menanti tanggapan masyarakat Amerika Serikat terkait penunjukan Kushner ini. Trump sendiri akan dilantik pada 20 Januari mendatang. (Sindo/S13)

spot_imgspot_img

#Trending Article

Segitiga Besi Megawati

Relasi Prabowo Subianto dan Megawati Soekarnoputri kini memasuki babak baru menyusul wacana pertemuan dua tokoh tersebut.

Prabowo & Hybrid Meritocracy Letnan-Mayor

Promosi Letjen TNI Kunto Arief Wibowo sebagai Pangkogabwilhan I di rotasi perdana jenderal angkatan bersenjata era Presiden Prabowo Subianto kiranya mengindikasikan pendekatan baru dalam relasi kekuasaan dan militer serta dinamika yang mengiringinya, termasuk aspek politik. Mengapa demikian?

The Real Influence of Didit Hediprasetyo?

Putra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo, memiliki influence tersendiri dalam dinamika politik. Mengapa Didit bisa memiliki peran penting?

Keok Pilkada, PKS Harus Waspada? 

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjadi salah satu partai yang paling tidak diuntungkan usai Pemilu 2024 dan Pilkada 2024. Mungkinkah hal ini jadi bahaya bagi PKS dalam waktu mendatang?

Prabowo and The Nation of Conglomerates

Dengarkan artikel ini: Sugianto Kusuma atau Aguan kini jadi salah satu sosok konglomerat yang disorot, utamanya pasca Menteri Tata Ruang dan Agraria Nusron Wahid mengungkapkan...

Megawati and The Queen’s Gambit

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mungkin akan dielu-elukan karena dinilai brilian dengan menunjuk Pramono Anung sebagai calon gubernur dibandingkan opsi Ahok atau Anies Baswedan, sekaligus mengalahkan endorse Joko Widodo di Jakarta. Namun, probabilitas deal tertentu di belakangnya turut mengemuka sehingga Megawati dan PDIP bisa menang mudah. Benarkah demikian?

Gibran Wants to Break Free?

Di tengah dinamika politik pasca-Pilkada 2024, seorang wapres disebut ingin punya “kebebasan”. Mengapa Gibran Rakabuming wants to break free?

Ada Operasi Intelijen Kekacauan Korea Selatan? 

Polemik politik Korea Selatan (Korsel) yang menyeret Presiden Yoon Suk Yeol jadi perhatian dunia. Mungkinkah ada peran operasi intelijen dalam kekacauan kemarin? 

More Stories

Segitiga Besi Megawati

Relasi Prabowo Subianto dan Megawati Soekarnoputri kini memasuki babak baru menyusul wacana pertemuan dua tokoh tersebut.

Prabowo and The Nation of Conglomerates

Dengarkan artikel ini: Sugianto Kusuma atau Aguan kini jadi salah satu sosok konglomerat yang disorot, utamanya pasca Menteri Tata Ruang dan Agraria Nusron Wahid mengungkapkan...

Prabowo dan Hegemoni Rasa Takut

Beberapa konglomerat menyiratkan “ketakutan” soal akan seperti apa pemerintahan Prabowo bersikap terhadap mereka.