“Pikiranmu bisa dibeli, tetapi tidak hatimu. Hatimu tidak terbeli meski ribuan topeng menghiasi wajahmu.”
PinterPolitik.com
[dropcap]P[/dropcap]enolakan terhadap gerakan #2019gantipresiden kembali terjadi. Bahkan lewat aksi tersebut pendakwah Neno Warisman dianggap sebagai pegiat makar karena dinilai aktif menghadiri deklarasi ganti presiden. Gimana nih menurut kalian gengs, apa kalian sepakat kalau gerakan ini disebut sebagai usaha makar?
Hmmm, kalau gerakan ini disebut sebagai gerakan makar, maka yang harus bertanggung jawab penuh adalah Mardani Ali Sera dong? Sebab kalau Mardani enggak mencetuskan tagar ini, enggak ada tuh gerakan 2019 ganti presiden. Hehehe.
Eh, tapi gengs, kalau sampai Mardani yang bertanggung jawab atas dugaan makar ini, bisa gagal dong doi gantiin posisi Sandiaga di Balai Kota DKI Jakarta. Katanya sih PKS sudah memastikan kalau nama Mardani menjadi kandidat terkuat dari PKS untuk diajukan ke DPRD DKI Jakarta. Wuh, bisa menang banyak nih gengs.
Nah di luar itu gengs, kalau ada yang bilang gerakan tagar ini sebagai usaha makar, kayaknya enggak deh. Lagian juga kan tahun depan sudah masuk tahun Pilpres, jadi kemungkinan makar pada rezim Jokowi jauh tuh gengs. Kecuali kalau Jokowi menang lagi, baru deh indikasi gerakan makar bisa terjadi. Weleh weleh. Betul apa betul?
Kalau menurut pengamat dan aktivis HAM Natalius Pigai, penolakan Neno yang dianggap sebagian masyarakat sebagai gerakan Islam radikal adalah omong kosong. Duh, mulai deh, enggak ada takut-takutnya nih Natalius. Wkwkwkw.
Bagi Natalius, tidak ada Islam radikal, tidak ada Islam teroris. Ia juga memandang bahwa tidak ada Islam yang tidak toleran terhadap perbedaan sikap politik. Jika hal tersebut terjadi, menurutnya itu karena cara berpikir dari pemerintah saja.
Uuuu, eyke sepakat sih bang kalau pemerintahan Jokowi dan partai pendukungnya khawatir sampai akhirnya berpikir ke arah situ. Tapi kalau ternyata aksi penolakan itu adalah gerakan murni dari masyarakat atas respon gerakan tagarnya Mardani, gimana dong?
Apa masih mau bilang kalau pemerintah yang intoleransi dan radikal, sampai harus gerakin massa untuk hadang gerakan tagarnya Mardani? Hehehe.
Intinya gengs, kalian harus yakin kalau gerakan #2019gantipresiden dan #2019tetapjokowi itu adalah gerakan yang berasal dari elite politik, bukan murni dari rakyat bawah yang berusaha mencari simpati masyarakat.
Nah, jadi kalian ini termasuk golongan yang mana? Golongan enggak suka Prabowo jadinya pilih Jokowi, atau golongan enggak suka Jokowi jadi pilih Prabowo? Atau karena kalian enggak suka dua-duanya, jadi kehipnotis ganti presiden aja? Hehehe.(G35)