“Aku tidak pernah keberatan menunggu siapa pun berapa lama pun selama aku mencintainya.” ~Seno Gumira Ajidarma
PinterPolitik.com
[dropcap]B[/dropcap]erita politik akhir-akhir ini sedang terdengar amat kelam dan membuat sendu. Ya, jujur aja, sakit kanker darah yang sedang diderita Ani Yudhoyono membuatku terenyuh. Ku harap Ibu Ani bisa sehat kembali seperti sedia kala.
Melihat kondisi Bu Ani sekarang, ku jadi berpikir begini. Untung saja Bu Ani memiliki sosok seperti Pak Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai suaminya. Aku bisa melihat dengan jelas betapa sayang dan cintanya dia kepada Bu Ani. Ah, sungguh romantis, namun juga mengiris hati.
Kondisi Bu Ani yang memburuk, nampaknya mengharuskan ia untuk meninggalkan sejenak urusan di panggung politik. Tapi ku tahu, kok, itu pasti juga jadi pilihan yang berat untuk dirinya. Bagaimana pun SBY merupakan jantung dari Partai Demokrat dan bisa jadi samurai untuk koalisi kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Hmmm…
Absennya SBY dari panggung kampanye tetap tak kan mampu mematikan waktu yang terus bergulir. Ada atau tanpa SBY, Partai Demokrat tetap harus menggerakkan mesin partainya untuk dapat memenangkan Pileg. Namun bagaimana dengan nasib Prabowo-Sandiaga?
SBY sempat berjanji akan jor-joran mengkampanyekan sepasang calon penguasa itu agar bisa memenangkan Pilpres 2019 nanti. Janji ini telah diidam-idamkan Prabowo-Sandiaga. Ya, mereka membutuhkan kekuatan magnet elektoral SBY sebagai pemimpin berprestasi yang pernah menjadi presiden Indonesia selama dua periode. SBY juga dinilai memiliki basis pendukung yang loyal.
Hari pencoblosan pun sudah semakin dekat, namun takdir berkehendak lain. Keadaan politik tidak akan mampu merapuhkan keinginan SBY untuk bisa terus bersama sang istri. Padahal pesona seorang SBY terlampau tinggi dan sulit dicari penggantinya.
Belum lagi, putra SBY, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) juga tampak ogah-ogahan meninggalkan sang ibu yang masih melawan sakitnya di negeri singa. Kalau begini, magnet elektoral dari Partai Demokrat untuk Prabowo-Sandi jadi minimalis. Mau tidak mau, mereka jadi harus bekerja ekstra keras untuk menggenjot elektabilitas yang masih tertinggal. Yang sabar, ini ujian…
Oh ya, aku terlalu terhanyut dalam kisah SBY dan Bu Ani, sampai-sampai lupa kalau ada janji kencan buta. Aku heran, kenapa orang tua gemar sekali meminta anak-anaknya untuk lekas menikah.
Huffftt, jika memang harus menikah, bolehkah aku minta satu pria yang setianya seperti Pak SBY? Tidak harus seorang presiden, yang penting penyayang dan tak pernah sekalipun berniat hidup berpoligami. (E36)