“I speak the truth, but I guess that’s a foreign language to y’all” – Lil Wayne, penyanyi rap asal Amerika Serikat
PinterPolitik.com
Siapa yang tidak kenal dengan Nadiem Makarim? Mantan CEO Gojek itu kini telah menjabat sebagai salah satu menteri di Kabinet Indonesia Maju, yakni sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Menteri yang minta dipanggil dengan sapaan Mas Nadiem ini menjadi menteri termuda dalam kabinet. Tak heran kalau kementeriannya kini menjadi tempat bagi beliau untuk membawa cara-cara yang lebih segar.
Bila kita ingat dulu, Mas Nadiem ini pernah mengeluarkan kebijakan guna menghapus ujian nasional (UN) yang selama ini dinilai terlalu memberatkan siswa. Mendikbud akhirnya memberlakukan tes asesmen kompentesi guna menggantikan standarisasi milik UN.
Selain menghapuskan UN, Mendikbud juga akan menerapkan program Merdeka Belajar yang diharapkan dapat membuat siswa memiliki kebebasan berpikir. Pokok-pokok pikiran mengenai kebebasan ini juga pernah diungkapkan oleh Mas Nadiem dalam pidato Hari Guru Nasional 2019 yang viral di media sosial.
Keinginan Nadiem dan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mengubah kebijakan dan struktur di kementerian ini juga tampaknya tak ada habisnya. Salah satunya adalah Peraturan Presiden No. 82 Tahun 2019 yang merestrukturisasi Kemdikbud – melahirkan beberapa direktorat baru.
Hal inilah yang kemudian dibahas oleh Mas Nadiem bersama Komisi X DPR dalam rapat kerja beberapa waktu lalu. Namun, Mendikbud mendapatkan beberapa kritik dalam rapat itu.
Kritik yang disampaikan bukanlah soal restrukturisasi yang telah dijalankan dalam kementerian itu, melainkan soal pemilihan kata yang digunakan oleh Mas Nadiem. Dalam rapat itu, politisi PKS Ledia Hanifa menyinggung penggunaan kata-kata bahasa Inggris Mas Nadiem, seperti champion, spirit, extend, make sense, combine, dan sebagainya.
Wah, Mas Nadiem kayaknya terbawa bahasa pergaulan anak-anak Jakarta Selatan (Jaksel) nih. Soalnya, as we know, penggunaan kata-kata bahasa Inggris yang disisipkan dalam bahasa Indonesia merupakan hal yang dikenal lumrah dilakukan dalam pergaulan Jaksel tuh.
Ya, mungkin, penggunaan kata-kata dalam bahasa Inggris ini memang tidak benar-benar mengubah arti dan makna pesan yang disampaikan sih. Tapi, seperti kata Bu Ledia, rapat itu merupakan rapat resmi sehingga perlu menggunakan bahasa Indonesia – yang tentunya agar dapat dipahami setiap orang yang hadir. Bukan begitu? (A43)
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.