“Ada hal yang lebih penting daripada politik yaitu kemanusiaan”. – Abdurrahman Wahid (Gus Dur)
Pinterpolitik.com
[dropcap]C[/dropcap]uy, tau dong pastinya kalau jagat perpolitikan Indonesia sedang geger. Soalnya tiba-tiba Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Shohibul Iman membuat cuitan dan melontarkan kalimat yang bunyinya seperti ini:
“Adakalanya sikap kenegarawan dengan sikap pengkhianat itu beda tipis”.
Sampai sekarang cuitan itu masih menyimpan pertanyaan besar loh cuy. Lah bagaimana tidak ya, tidak jelas ditujukan ke siapa atau menyindir siapa maksud dari cuitan tersebut. Hehehe. Sampai-sampai banyak oknum yang bertanya-tanya, apa sebenarnya yang terjadi?
Memang ya cuy, kalau urusan politik, kita cuma bisa menerka-nerka, spekulasi dan asumsi. Sisanya, sebagai pengamat dan penikmat, kita hanya bisa menunggu. Layaknya kalau kita pesen kopi, masalah racikan dan teknik pembuatan itu urusan si barista. Setelah pesan kopi, kita cuma bisa berasumsi bagaimana cara membuatnya dan setelah itu hanya bisa menunggu hingga pesanan datang di meja kita. Hehehe.
Menyinggung sikap politik Presiden PKS tadi, sebenarnya beberapa waktu lalu Mardani Ali Sera selaku Ketua DPP PKS juga baru saja melontarkan pernyataan kontroversial loh. Hayo tebak apa?
Gini cuy, Mardani sebagai aktor intelektual utama yang memunculkan tagar 2019 ganti presiden, secara mengejutkan mengatakan bahwatagar tersebut sudah waktunya tutup buku. Bahkan nih cuy, dia sempat mengharamkan teriak ganti presiden.
Waduh, padahal doi kan ada dalam tim pemenangan menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi. Apa tidak takut pernyataan itu malah bisa menggembosi semangat para relawan dan pendukung Prabowo-Sandi yang siang malam berjuang?
Kabar anginnya nih cuy, akibat melontarkan ungkapan kontroversial itu, doi langsung kena semprot dari salah satu petinggi PKS. Soalnya PKS menyatakan sikap masih tetap solid mengusung dan memperjuangkan kemenangan Prabowo-Sandi. Hmmm, menarik ya, di internal partai aja sampai ada perselisihan seperti itu.
Namanya juga dunia politik, sekali saja ada tindakan kontroversial, pasti memberikan wow effect kepada masyarakat. Akibat dari pernyaan Shohibul dan Mardani yang merupakan dua aktor penting PKS, membuat banyak spekulasi bermunculan cuy.
Apa memang PKS benar mau merapat ke kubu 01? Kalau memang benar, wah gimana ya jadinya. Kan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) sudah menyatakan sikap haram hukumnya berkoalisi dengan PKS Share on XDirektur Eksekutif Indonesia Political Review, Ujang Komaruddin misalnya, menyebutkan bahwa sikap ini bisa jadi merupakan manuver politik saja. Mungkin PKS mempunyai keinginan untuk bergabung dengan koalisi kekuasaan karena ingin mendapat jabatan strategis seperti Ketua DPR atau menteri di kabinet mendatang.
Spekuliasi lain juga mengatakan bahwa mungkin hal itu hanya himbauan dari Mardani agar masyarakat sabar menunggu hasil rekapitulasi suara atau real count dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada 22 Mei besok. Hmmm, mana nih yang bener kira-kira?
Kalau melihat dari perilaku politik beberapa partai Koalisi Indonesia Adil dan Makmur sebelumnya, apa mungkin dalam waktu dekat ini akan ada yang menemui Pakde Jokowi di Istana ya? Hehehe.
Atau jangan-jangan memang PKS benar mau merapat ke kubu 01? Kalau memang benar, wah gimana ya jadinya. Kan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) sudah menyatakan sikap haram hukumnya berkoalisi dengan PKS.
Perlu digarisbawahi lagi ya cuy, namanya juga politik. Kita hanya bisa menerka sambil berasumsi kira-kira ke depannya gimana. Tergantung kepentingan cuy, kayak lagunya ST12: “Kamu dapat apa, aku dapat apa?”
Tapi yang penting jangan sampai kita tak dapat apa-apa. Hehehe. (F46)