“Pendukung Banteng nggak usah digubris. Mereka menyamar seolah pendukung ganti presiden. Tujuannya mengagalkan koalisi SBY-Prabowo. Mereka takut dengan koalisi itu terbentuk. Mereka peliharaan tikus got.” ~ Kepala Divisi Advokasi dan Hukum Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean.
PinterPolitik.com
[dropcap]M[/dropcap]ulutmu harimaumu, itulah peribahasa yang cocok disematkan kepada Kepala Divisi Advokasi dan Hukum Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean. Pasalnya kicauan Ferdinand baru-baru ini mengenai istilah ‘pendukung banteng’ dan ‘peliharaan tikus got’ membuat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) tersinggung dan melaporkannya ke Bareskrim.
Entah apa yang ada di benak Ferdinand. Tapi berkata seperti itu di media sosial tentu akan berpotensi terkena pasal pencemaran nama baik Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Masa iya seorang advokat gak kepikiran terjerat pasal ini sebelum berkicau?
Kalau udah ada laporan ke polisi kayak gini, mau apalagi coba? Hadeuh. Mau gak mau kan nama baik partai juga akan kebawa jadi jelek. Oke lah Ferdinand bermaksud membela junjungannya, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) agar menjalin koalisi bersama Prabowo Subianto. Tapi kan gak gitu juga keles caranya.
Toh kalau gaya bahasa cuitannya alus, pasti PDIP woles aja kok dan gak akan mempolisikan. Kan politik itu semua tentang seni memperebut kekuasaan. Yang namanya seni, ya harus dilakukan dengan halus. Emangnya bisa bikin batik berkualitas tapi dengan gaya kasar ala kuli bangunan? Eike rasa gak mungkin.
Alangkah baiknya Ferdinand belajar banyak dari senior pendahulunya, Ruhut Sitompul yang terkenal akan kata-kata santunnya. Meski tutur bahasanya alus, dibalik kata-kata Ruhut tersimpan satir tajam pada lawan politik. Saking satirnya, politisi yang mendengarnya sampai ogah berdebat berkepanjangan. Leh uga.
Kalau kasus ini berkepanjangan yang ada nama partai Demokrat jadi ikut jelek kan. Dan yang pasti kalau udah kayak gitu, cuma satu pilihan partai. Ya membersihkan nama baik partai dengan cara memecat kader yang bikin ulah. Mau emangnya gegara ulahnya ini, Ferdinand dipecat dari kepengurusan partai? Palingan nanti nangis termehek mehek.
Lagian emangnya Ferdinand segitu yakinnya kalau Demokrat ingin merapat dan menjalin koalisi bersama Gerindra aja? Eh, jangan salah, Demokrat juga ada niatan untuk merapat dengan bersama Jokowi loh. Dan apa yang dilakukan Ferdinand justru malah membatasai gerak Demokrat untuk membuka ruang berkoalasi dengan PDIP sebagai partai pendukung utama Presiden Jokowi. (K16)