“Saya kok ragu ya kalau alasannya tarawih di Monas untuk persatuan. Logikanya apa ya? Bukankah Masjid Istiqlal yang megah itu simbol kemerdekaan, kesatuan, dan ketakwaan. Sebab, sebaik-baiknya salat itu di masjid karena memang tempat sujud.” ~ Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat, Cholil Nafis.
PinterPolitik.com
[dropcap]B[/dropcap]ulan Ramadan merupakan bulan penuh hidayah. Umat muslim berlomba-lomba beribadah untuk mendapatkan ridha Allah SWT. Salah satu ibadah rutin di bulan Ramadan adalah menunaikan salat Tarawih. Dan saat ini, Pemprov DKI Jakarta berencana menggelar Tarawih di halaman Monumen Nasional (Monas) pada 26 Mei mendatang.
Katanya sih salat Tarawih di Monas ini gak didahului oleh kegiatan buka bersama. Ya mungkin khawatir nanti area Monas jadi kotor karena banyak sampah dari jamaah. Meski begitu, buka puasa bersama akan tetap digelar di dua titik, yaitu di Masjid Raya Hasyim Asyari di Jakarta Barat dan Masjid Jakarta Islamic Center di Jakarta Utara.
Kalau diperhatiin kok titik buka puasanya jauh amat ya! Emangnya sempet buka puasa di titik itu , terus meluncur ke Monas untuk salat Tarawih? Aya aya wae ah. Karena agenda utama itu salat Tarawih di Monas, jadi terserah para jamaah lah ya, mau buka dulu di mana. Palingan tetep di lokasi. Terus nyampah deh. Jangan bikin KZL deh!
Menurut Anies dan Sandi, dengan salat Tarawih di Monas, akan semakin meningkatkan ketaqwaan dan mempersatukan umat. Sebentar, bukannya Jakarta punya masjid kebanggaan ya. Itu loh Masjid Istiqlal yang lokasinya gak jauh dari Monas. Ada masjid yang megah dan luas, kok malah pilih salat di lapangan terbuka? Hadeuh, masuk angin loh nanti!
Apa Gubernur dan Wakil Gubernur ini lupa ya kalau Jakarta punya Masjid Istiqlal? Pantes aja Ketua Komisi Dakwah MUI, KH Cholil Nafis mengkritik rencana Pemprov DKI Jakarta ini. Kalau memang tujuannya ingin meningkatkan persatuan umat, ya Masjid Istiqlal adalah adalah tempat yang tepat karena mewakili kemerdekaan, persatuan dan ketakwaan. (K16)