“Opini bisa menimbulkan lebih banyak masalah di atas bumi daripada wabah dan gempa.” ~Voltaire
PinterPolitik.com
[dropcap]P[/dropcap]erang tagar menjadi fenomena panas yang sedang terjadi di antara masyarakat. Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Zainut Tauhid Sa’adi mengaku prihatin dengan kondisi tersebut. Beliau khawatir perang tagar di tengah masyarakat dapat mengancam keutuhan bangsa. Ia bahkan sampai berpendapat perang tagar ini lebih banyak mudarat daripada manfaatnya.
Hmm, kekhawatiran tersebut memang sangat dimaklumi. Beberapa kali di media terlihat masyarakat saling bentrok hanya karena deklarasi gerakan #2019GantiPresiden dan #2019Jokowi2Periode. Ckckck, nggak dewasa banget deh…
Meski pemilu belum dimulai, namun perang opini, gagasan dan pernyataan sudah mulai ramai, baik di media sosial. Selain itu, aksi pengerahan massa dilakukan. Makannya suasana jadi makin panas, makin sensitif.
Komentar dikit dibilang kampanye. Memuji dikit dibilang memihak. Mengkritik dibilang oposisi. Lagi berantem dipisahin polisi dibilang dipersekusi. Hadeh… hadeh… ini pikirannya lagi pada mabok mecin atau gimana? Kok, ya hiperaktif sekali. Ckckckck, ucing pala Barbie…
Kata MUI perang tegar banyak mudaratnya. Mending main perang-perangan yang lain aja, yuk! Share on XDengan mengatasnamakan kebebasan berekspresi dan hak untuk menyampaikan pendapat, beberapa kelompok masyarakat mengesampingkan perdamaian yang sejatinya menjadi cita-cita bangsa sedari dulu.
Padahal menurut Zainut, sebagai negara demokrasi, setiap warga negara diberikan jaminan kebebasan oleh konstitusi untuk menyampaikan pikiran dan pendapat sepanjang sesuai dengan norma-norma kepatuhan, etika dan peraturan perundang-undangan.
MUI mengimbau kepada semua pihak agar dalam menyampaikan ekspresi dan menyatakan pendapatnya, harus tetap mengindahkan nilai-nilai kesantunan, kepatutan, akhlakul karimah dan undang-undang.
Kalau nyatanya penggunaan tagar selalu berujung rusuh, masa iya MUI harus mengeluarkan fatwa ajaib? Ishh… Ish… nggak lucu juga kan? Hehehe
MUI juga mengimbau para tokoh agama, ulama, kyai, habaib, untuk turut serta menyejukkan suasana, membimbing umat agar tidak terperangkat dalam rasa benci terhadap saudara sebangsanya.
Ahh betul juga, tolong bimbingannya ya Pak Ustaz, Pak Pendeta, Pak Kyai dan Pak Habib! Tolong limpahi kami dengan siraman rohani yang penuh kedamaian dan semangat persatuan. Dengan begitu, mungkin nggak akan ada lagi ulama yang merasa dikriminalisasi. Hmmm…
Ingat ya gaes, pemilu itu bukan hanya sekadar memilih dan mengganti presiden saja, tetapi juga untuk membangun sebuah peradaban bangsa yang demokratis, maju, berdaulat, adil, sejahtera dan beradab. (E36)