“Jangan pernah merasa, kaulah yang istimewa, bagiku kau lelaki biasa. Janji-janji yang kau beri, janji-janji jadi mimpi, janji-janji tak terbukti”. – Agnez Mo
PinterPolitik.com
[dropcap]D[/dropcap]i sebuah negeri bernama Meneketehe, tersebutlah seorang Habib. Bukan ulama, tapi pengacara dan politisi.
Saat pemilihan pemimpin kota berlangsung, sang Habib berkata kepada calon petahana moncer yang kemungkinan bakal menang.
“Hai kau, calon pemimpin petahana. Kau tidak akan mungkin mencalonkan diri lagi. Kita dulu teman, tetapi kau berkhianat! Kalau orang-orangmu berhasil mengumpulkan 1 juta batang kayu cendana, aku akan melompat dari gunung yang tinggi itu.”
Singkat cerita, sejuta cendana terkumpul. Sang petahana pun jadi mencalonkan diri, walaupun ia kemudian kalah dan dipenjara karena “Habib” yang lain.
Lalu janji Habib sang pengacara? Tak ditepati! Kalau kata Agnez Mo: “Janji-janji tak terbukti”.
Dua bulan kemudian, sang Habib berkuda melewati jalur jalan baru yang dibuka pemerintah kota. Jalur itu dibuat untuk memperpendek waktu tempuh bagi para pedagang dan diharapkan dapat memperlancar aktivitas ekonomi.
Sayangnya, Habib kesasar. Entah karena marah atau malu, ia berteriak-teriak dengan keras.
“Jalur jalan kampungan! Proyek mercusuar! Lebay! Pasti tiap tahun akan banyak orang yang nyasar karena jalur ini terlalu sederhana!”
Kesal melihat aksi Habib, Dirman sang pedagang sayur pun nyeletuk.
“Lha, kalau sederhana kan harusnya nggak nyasar, Bib?”
Habib terdiam. Para pedagang yang lain malah tertawa. Ada yang membawa-bawa tulisan “Lost in Semanggi”.
Setahun berlalu, kini negeri Meneketehe sedang sibuk menjelang pemilihan Perdana Menteri baru. Lagi-lagi Habib tak suka dengan Perdana Menteri petahana. Apalagi, Perdana Menteri petahana itu temannya pemimpin kota petahana. Say no to petahana.
Makanya sang Habib bergabung dengan kelompok anti petahana, dan mencari celah untuk mengritik program-program pemerintah.
Kebetulan sekarang pas musim libur negara dan Habib ingin mengunjungi keluarga di desa. Ia pun mudik dengan melewati jalan-jalan baru yang dibuat pemerintah.
Tapi nahas. Karena ngantuk, Habib terjatuh dari kuda dan terpaksa harus berhenti untuk membereskan barang-barangnya yang berjatuhan.
Marah, ia pun nyeletuk.
“Sangat tidak lancar, saya ini ‘mudikers’, setiap tahun mudik. Kuda saya nyangkut, barang jatuh. Itu lancar apanya. Ini namanya neraka mudik. Jalan pemerintah ini tidak ada gunanya!”
Itu orang mudik kemana ky neraka? Klo mudik nya ke neraka ya wajar… Wkakakakaka
— Respati (@himawan1978) June 19, 2018
Orang-orang keheranan melihat aksi Habib. Bagi mereka jalan yang dibuat justru memperlancar perjalanan.
Dari antara kerumunan, seorang perempuan tua maju menghampiri Habib.
“Kayaknya kamu kurang minum. Minumlah air putih ini”, kata perempuan itu sambil menyodorkan botol minum bergambar lukisan pegunungan, lengkap dengan tulisan “Ada Aqiqah”.
Muka Habib mengkerut. Ia mengambil botol itu tanpa berkata-kata dan minum.
Bib, Bib. Ternyata susah ya jadi oposisi.
Dehidrasi. Syalala. (S13)