“The creative impulses of man are always at war with the possessive impulses.” – Van Wyck Brooks, American literary critic
PinterPolitik.com
Polemik RUU KPK terus bergulir.
Begitupun, hubungan antara Moeldoko dan Jokowi yang sudah mulai tidak sehat.
Pasalnya Moeldoko menyatakan bahwa publik sebaiknya tidak ‘nyinyir’ dengan sikap Jokowi yang pro RUU KPK.
Dalam konferensi pers yang digelar pemerintah beberapa hari lalu, Jokowi menyatakan bahwa UU KPK perlu direvisi karena dinilai sudah mulai tidak relevan. RUU KPK ini tujuannya pun untuk memperkuat fungsi KPK dalam pemberantasan korupsi di Indonesia. Iyo iyo percoyo kok, Pakdhe tau yang terbaik.
Dalih lain Jokowi untuk membenarkan tindakannya adalah bahwa dia tidak sepenuhnya setuju dengan rancangan RUU KPK yang diajukan DPR seperti penghentian jangka waktu penyidikan, koordinasi dengan kejaksaan dalam penuntutan, dan penolakan mengenai Dewan Pengawas KPK.
Memang benar, itu pun dijadikan narasi utama bahwa Jokowi masih berkomitmen menegakkan pemerintahan yang akuntabel dengan memberantas korupsi. Nah sampe sini okelah argumennya.
Tapi nih, menurut Donal Fariz, Peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW) penolakan sebagian rancangan RUU KPK demi jalan tengah hanya delusi semata.
Fariz menilai poin perubahan yang diajukan Jokowi terhadap RUU KPK tidak jauh berbeda dari rancangan DPR. Disinyalir, tujuan Jokowi dan DPR itu sama, melemahkan KPK! Waduh waduh gawat nih, balik Orba jangan-jangan kita. Kan, KPK itu salah satu produk reformasi.
Walaupun ada argumen seperti ini dan menurunnya kepercayaan publik terhadap Jokowi, Moeldoko masih keukeuh membela “dambaan” hatinya itu.
Menurutnya, masyarakat jangan nyinyir dan bilang kalau Pak Jokowi sekarang sudah berubah, tidak lagi berkomitmen pada pemberantasan korupsi. Cie, ngerti banget Pak Jokowi kayaknya, Pak.
Memang sih, sebagai Kepala Staf Kepresidenan Indonesia tugas Moeldoko adalah membantu presiden. Tapi makin ke sini itu saya mulai bertanya-tanya. Iki tresno opo posesip?
Every breath you take
Every move you make
Every bond you break
Every step you take
I’ll be watching you
Lirik Every Breath You Take, oleh The Police agaknya cocok menggambarkan posesivitas Moeldoko ke Jokowi. Apapun kebijakan Pak Jokowi, meski dikritik banyak orang, tetep dibela dan dicari klarifikasi yang masuk akal. Maksa sih, cuman ya kalau udah posesif gimana dong?
Saran saya sih, ada baiknya Pak Moeldoko dan Pakdhe mulai merenungkan hubungan yang mulai tidak sehat ini. Gak enak kan diliat orang-orang. (M52)
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.