“Fokus, karena itulah yang akan dilihat dirasakan oleh masyarakat. Yang akan dirasakan masyarakat kinerja, bukan sekedar tulisan, bukan sekedar hashtag.” ~ Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko
PinterPolitik.com
[dropcap]G[/dropcap]erakan #2019GantiPresiden, sepertinya semakin ngehips nih walaupun hanya di sosial media aja. Kalau di kehidupan nyata, hmm, kayaknya masih kurang menggaung ya? Apakah karena partisipan gerakan ini masih sedikit jumlahnya, atau memang karena belum dianggap sebagai “suara” bersama? Entahlah.
Tapi setidaknya, adanya gerakan pro-kontra ini menandakan kalau demokrasi di tanah air sudah mulai berjalan lah ya. Coba di zaman Orde Baru dulu, orang-orang yang pada demo dan nyanyi-nyanyi di videoklipnya pasti udah di cyduk atau mendadak hilang entah kemana, seperti Widji Tukul yang sampai sekarang belum jelas keberadaannya.
Padahal sih, kalau dilihat dari jajaran pendukung Presiden Jokowi, banyak lho yang dari purnawirawan jenderal. Salah satunya, Moeldoko yang sekarang menjabat sebagai Kepala Staf Kepresidenan. Kalau dari pernyataan-pernyataannya sih, Moeldoko juga udah mulai keki tuh sama gerakan tagar para Jokowi haters.
Betul sekali ,,
Moeldoko Yakin gerakan #2019Gantipresiden akan Kalah dengan hasil Kerja Positip pemerintahan Presiden Jokowi
Mau menang gimana Calon nya juga blu ada ,,https://t.co/Ba1PQDrH8t pic.twitter.com/gZ7c8rklrb
— ikko pribumi kawe (@JajangRidwan19) June 6, 2018
Coba aja baca dari komentarnya, walaupun yakin masyarakat enggak akan terpengaruh dengan adanya lagu dan berbagai kegiatan kreatif para haters tersebut, namun pernyataannya itu juga bisa dilihat sebagai bentuk kecemasan lho. Sebab kalau enggak cemas, ngapain juga Kepala Staf Presiden ngurusin yang beginian.
Sebenarnya sih, dengan adanya gerakan-gerakan seperti ini, bisa lho dijadikan cermin oleh Pemerintah. Betul kalau masyarakat akan lebih menilai dari kinerja, dibanding teriakan bising tagar ganti presiden. Tapi jangan lupa, gerakan ini juga muncul kan karena ada rasa ketidakpuasan kinerja Pemerintah. Nah lho, tuing tuing kan.
Jadi daripada berkomentar dan dikira malah lagi keki, mendingan juga berterima kasih pada mereka. Kalau perlu, yakinkan suara mereka itu akan didengar dan menjadi evaluasi bagi Pemerintah untuk bekerja lebih baik lagi. Lagi pula, Jokowi sama Pramono Anung aja malah menganggap kerjaan mereka cuma lucu-lucuan aja kok.
Kalau menurut mantan Presiden AS Richard Nixon sih, biarkan aja para haters itu mengungkapkan kebenciannya, sebab mereka bukanlah pemenang. Sebaliknya, kalau kitanya malah keki dan ikut membenci tindakan mereka, itu sama aja menghancurkan diri sendiri. Jadi Pak Jenderal, daripada keki mending kasih senyum aja ke mereka. (R24)