“Jangan pernah mempersulit dan banyak alasan dalam pembayaran utang”-. Bob Sadino
PinterPolitik.com
[dropcap]U[/dropcap]tang memang tidak bisa terlepas dari kehidupan kita, seakan sudah mendarah daging hingga masuk sumsum tulang masyarakat Indonesia. Selain karena semakin banyaknya bank, masyarakat kan juga mencontoh bagaimana perilaku negara.
Buktinya utang luar negeri Indonesia kini selalu menjadi perbincangan menarik bagi semua kalangan. Tidak hanya para ahli dan akademisi, bahkan emak-emak di pasar juga membicarakannya. Tahu kan gimana bahayanya kalau kelompok berdaster sudah membahas hal tersebut.
Isu utang ini memang mendapatkan sorotan karena semakin bertambah tahun, jumlah totalnya juga semakin meningkat. Hingga akhir Maret 2019, total utang Indonesia mencapai angka Rp 4.567,31 triliun. Wah, gokil ya, nilai ini mengalami kenaikan sebesar Rp 430,92 triliun dibandingkan bulan Maret 2018.
Kira-kira uang segitu banyak buat beli es dawet dapat berapa banyak ya? Bisa buat berenang orang satu kabupaten mungkin. Hehe.
Namanya utang tentunya untuk sesuatu yang bermanfaat ya. Apalagi kalau itu dilakukan oleh negara.
Tapi kok masyarakat banyak yang mengatakan tidak merasakan manfaatnya? Atau mungkin belum merasakannya? Tapi kok lama banget, hingga lima tahun belum merasakan. Biar gak kena serangan darah tinggi, positive thinking aja ya guys, mungkin pemerintah ingin memberikan kejutan kepada kita.
Tapi siapa ya yang mau mengutangi Indonesia sampai jumlahnya jadi sefantastis itu? Kira-kira ada motif terselubung gak ya? Orang saja minjemin uang kadang karena ada maunya, apalagi negara yang kental dengan kepentingan. Hehe.
Hingga akhir Maret 2019, total utang Indonesia mencapai angka Rp 4.567,31 triliun. Wah, gokil ya, nilai ini mengalami kenaikan sebesar Rp 430,92 triliun dibandingkan bulan Maret 2018. Share on XJadi, ternyata ada 5 negara nih guys yang paling banyak memberikan utang luar negeri ke Indonesia hingga pertengahan 2018. Posisi pertama yaitu Jepang yang memberikan pinjaman sebanyak US$ 13,4 miliar (Rp 187,6 triliun), diikuti Prancis dengan US$2,5 miliar (Rp 35 triliun), Jerman ngasih utang US$2,2 miliar (Rp 30,8 triliun), Tiongkok US$1,44 miliar (Rp 20,16 triliun), dan Korea Selatan dengan US$1,41 miliar (Rp 19,74 triliun).
Yang jadi pertanyaannya adalah apa sih sebenarnya yang diinginkan oleh mereka kepada Indonesia? Kok sampai mau memberi utang sebesar itu? Apa gak rugi ya?
Meski yang menjadi sorotan di Indonesia adalah soal utang dari Tiongkok, ternyata Jepang ya guys yang jadi pemberi utang terbesar ke Indonesia. Pantes ya, industri otomotifnya di Indonesia subur banget, bahkan menjadi raja di sini.
Apa jangan-jangan itu salah satu motifnya yaitu untuk menjajah jalan-jalan raya di Indonesia nih. Upss. Kan ada tuh ungkapan yang berbunyi: “Japanese road in Javanese street”. Lha isinya jalan-jalan itu kan merek Jepang semua.
Tapi ya semoga pemerintah secepatnya sadar, bahwa utang bukan satu-satunya jalan untuk membangun negara, tetapi masih banyak cara dan alternatif lain yang dapat diupayakan. Ngutang terus kapan bayarnya cuy? Mungkin bisa ditanyakan pada rumput yang bergoyang, begitu kata Ebiet G. Ade. Hehe. (F46)