“Kita terlalu sibuk menginginkan dan mengejar yang besar, tanpa menyadari bahwa kehidupan ini dibangun dari hal-hal kecil yang dilakukan dengan kesungguhan besar.” ― Mario Teguh.
PinterPolitik.com
Senin kemarin banyak media mainstream yang menulis tentang presenter kondang asal Indonesia, Gilang Dirga, yang kena tilang di Melbourne, Australia. Kok bisa ya? Emang Gilang lagi nyetir lewat Tol Cipali terus tau-tau sudah tiba di Melbourne ya? Hebat juga ya Pak Jokowi bikin tol semulus itu. Upps. Hehe.
Anyway, tau nggak sih dia bayar dendanya berapa? Katanya sih disuruh bayar Rp 15,5 juta. Waduuhhhh. Kalo dibeliin nasi padang, itu bisa buat kasih makan orang sekantor sama abang-abang yang jaga parkiran. Hehe.
Nah, kalau dilihat-lihat, ini emang menunjukkan kuatnya penegakan hukum di Australia. Kontras banget ya kejadian ini kalau dibandingkan dengan relitas di Indonesia.
Habisnya tiap detik di jalanan Indonesia, pasti ketemu aja sama pengemudi motor atau mobil yang pengendaranya nggak punya SIM/STNK, kebut-kebutan, nggak pake helm, merokok sambil nyetir, “cengtri” atau bonceng tiga, emak-emak naik motor sen kiri belok kanan, dan aksi-aksi pengendara-pengendara lucu nan berbahaya lainnya.
Terus pas kena tilang, pengemudi-pengemudi lucu tesebut bukannya taat mengikuti prosedur hukum, tapi mereka malah cari jalan pintas nyogok polisi dan ngulangin lagi perbuatannya. Ya udah, gini-gini aja deh bangsaku Indonesia.
Tapi yakin nih kalo ketidaktertiban ini cuma terjadi karena mayoritas pengemudi Indonesia yang lucu-lucu itu? Kayaknya sih enggak juga deh.
Banyak juga ternyata polisi-polisi lalu lintas yang minta sogokan serupiah dua rupiah ke pengemudi-pengemudi nakal. Padahal ada loh di UU No.11 tahun 1980 yang nulis tentang Tindak Pidana Suap.
Kalo dilihat lebih jauh, di jalanan aja kita menyaksikan langsung betapa mudahnya hukum dilanggar oleh pihak yang bersalah. Pantesan aja kemarin bisa ada tahanan yang tiba-tiba nongol lagi pelesiran dan makan nasi padang di luar lapas. Upss. Hayoo, ngaku deh Papa Setya Novanto. Nggak perlu kan harus minta Mbak Najwa Shihab buat menjenguk langsung. Hehehe.
Nah, Kepala Kantor Wilayah Kemenkum HAM Jabar Liberti Sitinjak sih bilangnya minta maaf atas kelalaian yang dilakukan petugasnya.
Tapi, masa sih seorang petugas lapas bisa-bisanya kecolongan sama tahanan yang katanya lagi sakit pula. Yakin itu beneran lalai semata? Atau malah ada kesengajaan karena petugas dan atasan-atasannya udah dikasih bingkisan dari keluarga Setnov? Uppss, itu kata rumput yang bergoyang loh ya. Hehe. (R50)