Kalau ditanya siapa menteri berprestasi, pasti jawabannya Ibu Susi. Sementara Menteri Amran, walau juga berprestasi, tapi termasuk jarang dipuji.
PinterPolitik.com
“Sudah menjadi tradisi Amran tidak mau menerima bingkisan dalam bentuk apapun, baik di rumah maupun di kantor. Bila ada yang mengirim bingkisan, langsung dilaporkan ke KPK.”
[dropcap]P[/dropcap]ernyataan ini dilontarkan akademisi dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio kepada Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman yang Selasa (12/12) lalu, meraih penghargaan dari KPK untuk kategori Kementerian dengan Sistem Pengendalian Gratifikasi Terbaik, bersama 10 lembaga/kementerian lainnya.
Sehingga bagi Hendri, penghargaan dari KPK itu sangat wajar diraih Amran karena memang tidak pernah berkompromi dalam memberantas mafia maupun kartel pangan. Jadi enggak heran pula, kalau angka ketahanan pangan Indonesia juga bisa meningkat hingga masuk dalam 25 negara terkuat ketahanan pangannya di dunia.
Tapi sayangnya, prestasi Pak Mentan yang juga berhasil melakukan swasembada jagung dan beras ini, sangat jarang diberitakan oleh media. Beda banget dengan Menteri Susi Pujiastuti yang terkenal dengan istilah ‘tenggelamkan’-nya. Apa karena Pak Mentan enggak terlihat nyentrik dan doyan ngopi di laut ya?
— Kemen. Pertanian RI (@kementan) December 13, 2017
Ngopi di tengah laut dan ngopi di udara, tentu jauh lebih keren dibandingkan dengan ngopi di pematang sawah. Semua petani juga melakukannya, keliatannya jadi enggak ada yang luar biasa. Makanya ketika Pak Mentan ngajak masyarakat untuk mengganti konsumsi daging dengan keong sawah pun langsung ribut semuanya.
Wah apa kerennya makan keong sawah! Dibanding daging ya kerenan daging dong ah, kalau mahal kan salahnya Jokowi, kenapa daging sapinya masih impor! Yah namanya juga Netizen, maha benar dah pokoknya. Padahal maksudnya Pak Mentan kan baik, keong sawah juga rasanya enggak beda kok dari daging.
Tapi tetap aja, ngajak makan keong yang sama enaknya tapi lebih murah itu salah besar, Pak. Keong itukan makanannya orang miskin, enggak sesuailah ama orang Indonesia yang kaya-kaya. Masa harus kembali ke zaman penjajahan sih. Orang Indonesia itu, walaupun banyak utangnya, tetap harus kelihatan keren dan kaya, Pak!
Nah, itulah ternyata mengapa Pak Mentan ini berprestasi tapi jarang dipuji. Karena ajarannya untuk hidup lebih sederhana, lebih banyak menghasilkan caci maki. (R24)