“Belum ada kemajuan yang berarti. Penembakan mahasiswa sama sekali tidak ada rekomendasi apapun.” ~ Sekretaris Umum IKOHI, Zaenal Muttaqin
PinterPolitik.com
[dropcap]R[/dropcap]eformasi, ehm, bulan Mei memang terasa bagaimana romantisme kilas balik kenangan perjuangan menumbangkan rezim orde baru dan menaruh harap pada era baru, yaitu era reformasi.
Mengapa seolah ada harapan, karena reformasi saat itu digelontorkan sebagai narasi bangsa yang ingin terlepas dari kekangan rezim otoriter.
Tapi ada hal yang takkan pernah hilang dalam ingatan, bahwa ada catatan kelam penuh duka dalam perjuangan bangsa ini yang ditandai dengan adanya darah yang tumpah bahkan nyawa yang melayang.
Penembakan dan kekerasan yang dilakukan aparat dan mengakibatkan empat mahasiswa Universitas Trisakti tewas, takkan bisa dihilangkan dan terus terekam dalam ingatan. Jelas, kami menolak lupa.
Terlebih, ada 681 mahasiswa yang menjadi korban luka dalam tragedi Trisakti. Nah, kita sudah tahu bagaimana sejarah perjuangan yang penuh duka, tapi apa yang perlu dilakukan?
Apakah kita tetap ikut menuntut kepada penguasa untuk menuntaskan kasus? Ehmm, rasanya tak perlu, karena kenapa?
Penguasa takkan melakukan apa – apa, buktinya tak ada kemajuan yang berarti. Hanya para keluarga dan kolega yang masih konsisten menyuarakan narasi keadilan.
Misalnya aja, untuk kasus penghilangan paksa, itu sudah ada rekomendasi DPR tahun 2009 untuk mengusut.
Baru dapet rekomendasi mengusut, hasilnya belum menggembirakan. Lebih parah lagi, kasus penembakan nasibnya mandeg sama sekali, weleeeh weleeh.
Kasus tewasnya mahasiswa, penembakan, hingga penculikan, rasanya terus akan bernuansa gelap karena mungkin penguasa ingin kasus ini dikenang setiap tahun, dekade atau sampai kapanpun.
Bukan penguasa ga sanggup untuk menyelesaikan, bisa saja dilakukan asalkan penguasa itu mau. Makanya jangan berteriak bagaimana nasib kasus HAM masa lalu? Jangan, karena itu tak mungkin lagi didengar.
Harusnya begini, hei penguasa, maukah engkau membantu mengobati luka lama? Ehmm, pasti susah dijawab juga sih, weleeeh weleeh.
Makanya, kenapa kasus begini hanya mengorek luka lama, karena rasanya perkara hak asasi manusia begini hanya laku pas kontestasi politik ya? Narasi harapan sempat disampaikan, tapi realisasinya? Ehmm, ga ada harapan.
Kalau kata Che Guevara, kita harus berani mempertahankan nyali untuk selalu bertanya tentang hal yang disuarakan oleh para penguasa.
Masihkah mau berjuang? Bersabarlah, masih panjang umur perjuangan! (Z19)