HomeTerkiniMengintip Kristianitas di Timur Tengah

Mengintip Kristianitas di Timur Tengah

pinterpolitik.comJumat, 23 Desember 2016.

Januari 2015, Uskup Agung dari Kristen Ortodoks di Palestina, Sebastia Theodosios mengungkapkan kepada wartawan senior Nadezhda Kevorkova mengenai bagaimana penderitaan orang-orang Kristen Palestina serta persatuan mereka dengan umat Muslim dalam perjuangan kebangsaan Palestina. Yang menarik adalah sang Uskup ini ditempatkan di Yerusalem, sementara uskup lain dari Patriarkat Yerusalem adalah orang Yunani. Lebih lagi ia orang Palestina kedua yang memegang jabatan Uskup Agung dalam sejarah keuskupan Gereja Ortodoks.

Karena ia orang Palestina, ia menjadi tidak istimewa di hadapan pemerintah Israel. Pihak berwenang Israel telah menahan beberapa kali, atau menghentikannya di perbatasan, dan bahkan membawa pergi paspornya. Jika di bandara, para pendeta-pendeta di Yerusalem yang bukan orang Palestina boleh memasuki gerbang privilese super penting, ia sampai kehilangan kesempatan tersebut hanya karena identitas kebangsaannya.

“Bagi pemerintah Israel, saya dipandang bukan Uskup, melainkan Palestina” ujarnya.

Kata-kata yang umumnya didengar dari seorang muslim seperti “Alhamdulillah, Insya Allah, Masya Allah” dan banyak lagi, tentu amat fasih terucap, karena ia berbicara dalam bahasa Arab; dan bahasa Arab untuk Tuhan adalah Allah, tidak peduli apakah kita seorang Kristen maupun Islam.

Satu kenyataan: di tanah Palestina, yang didominasi Arab-muslim, bermukim pula penduduk yang tak hanya Kristen tapi juga loyal terhadap kebangsaan Palestina.

Orang-orang Kristen bukan hanya di Palestina. Negara-negara Timur Tengah lain juga memiliki komunitas Kristen yang bahkan berakar dari kemunculan Kristenitas awal hingga penyebarannya. Dalam catatan Walid Phares tentang Pengantar Kristen Arab menulis bahwa jejak kekristenan sebelum invasi Islam dapat dilihat dari eksistensi kaum Kristen seperti Koptik di Mesir, Asyur-Kasdim di Mesopotamia, Nubian Afrika di Sudan, Armenia di Asia Kecil, Fenisia (Aram, Kanaan, Amori) di Suriah, dan Lebanon.

Perubahan lanskap geopolitik dan menyentuh ranah keagamaan berubah secara dramatis pada abad ke -7 ketika para tentara Islam Arab menerapkan standar “Arabisasi dan Islamisasi” terhadap masyarakat yang ditaklukkan. Mayoritas penduduk Mesopotamia, Suriah, Mesir, dan Nubia bergeser menjadi Arab-muslim. Angka-angka bangsa pra-Arab asli praktis menjadi berkurang dan ditekan secara politik.

Menurut data yang dihimpun BBC mengenai penduduk Kristen di Timur Tengah pada 2011, diurutkan dari persentase terbesar, Lebanon memuncaki jumlah penduduk Kristen terbanyak dengan rentang 31- 35 persen dari keseluruhan total populasi, atau 1,35-1,5 juta orang. Dari rilis pemerintah Lebanon, penganut Katolik Maronit sebesar 21 persen, disusul Ortodoks Yunani (8 persen), Katolik Yunani (5 persen), dan denominasi Kristen lain (6,5 persen).

Mesir memiliki persentase umat Kristen tertinggi kedua berikutnya, yakni 10,5 persen dari total populasi (sekira 8,9 juta), masing-masing Ortodoks Koptik (95 persen), Ortodoks Yunani (0,5 persen), Katolik Koptik (0,3 persen), dan denominasi kecil serta komunitas Kristen Protestan lain.

Jumlah ketiga ditempati Suriah, yang mengalami situasi perang sejak Maret 2011. Umat Kristen di sana berjumlah sekitar 4,4-10,2 persen dari total populasi (atau sekira 1-2,3 juta), dengan mayoritas Katolik Yunani dan Ortodoks Suriah. Negeri yang kini jadi medan perang itu pernah melahirkan setidaknya tujuh Paus termasuk Simon Petrus, atau dalam Gereja Katolik disebut Santo Petrus, salah satu dari 12 murid Yesus yang lahir di daerah Golan. Dampak perang yang melanda Suriah telah menyusutkan jumlah penganut Kristen. Laporan dari Assyrian International News Agency mengklaim, populasi Kristen tinggal 500.000 orang, yang umumnya akibat perlakuan dari ISIS dan para pemberontak seperti Al-Nusra.

Yordania memiliki persentase umat Kristen sebesar 2,8-6 persen dari total populasi, atau 174.000-390.000 jiwa, dengan mayoritas berafiliasi Gereja Katolik dan Ortodoks Yunani. Situs-situs penting nan suci umat Kristen yang tertuang dalam Injil juga terdapat di sini, seperti Al-Maghdas, pinggiran dari Sungai Yordan, lokasi tempat Yesus berjumpa dengan Yohanes Pembaptis. Irak memiliki populasi umat Kristen sekitar 490.000, atau 1,3-2,5 persen dari total populasi. Mereka umumnya menjalani ritus Ortodoks Suriah, bersama dengan etnis Asyur yang menginduk Gereja Asiria. Sementara Iran memiliki populasi umat Kristen sekira 200.000-270.000, atau 0,35 persen dari total penduduk. Mayoritas tergabung dalam Gereja Armenia, Gereja Asiria, Kaldean, Katolik Roma, dan denominasi kecil lain.

spot_imgspot_img

#Trending Article

Megawati Harus Ubah Sikap PDIP?

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) belakangan menghadapi dinamika yang cukup memberatkan. Kira-kira bagaimana Partai Banteng Moncong Putih akan menjadikan ini sebagai pelajaran untuk langkah-langkahnya ke depan? 

Operasi Bawah Tanah Jokowi

Dalam beberapa bulan terakhir, dunia politik Indonesia diguncang oleh isu yang cukup kontroversial: dugaan keterlibatan Joko Widodo (Jokowi) dalam upaya mengambil alih Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

Mistikus Kekuatan Dahsyat Politik Jokowi?

Pertanyaan sederhana mengemuka terkait alasan sesungguhnya yang melandasi interpretasi betapa kuatnya Jokowi di panggung politik-pemerintahan Indonesia meski tak lagi berkuasa. Selain faktor “kasat mata”, satu hal lain yang bernuansa dari dimensi berbeda kiranya turut pula memengaruhi secara signifikan.

Ketika Chill Guy Hadapi PPN 12%?

Mengapa meme ‘Chill Guy’ memiliki kaitan dengan situasi ekonomi dan sosial, misal dengan kenaikan PPN sebesar 12 persen pada Januari 2025?

Segitiga Besi Megawati

Relasi Prabowo Subianto dan Megawati Soekarnoputri kini memasuki babak baru menyusul wacana pertemuan dua tokoh tersebut.

Prabowo & Hybrid Meritocracy Letnan-Mayor

Promosi Letjen TNI Kunto Arief Wibowo sebagai Pangkogabwilhan I di rotasi perdana jenderal angkatan bersenjata era Presiden Prabowo Subianto kiranya mengindikasikan pendekatan baru dalam relasi kekuasaan dan militer serta dinamika yang mengiringinya, termasuk aspek politik. Mengapa demikian?

The Real Influence of Didit Hediprasetyo?

Putra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo, memiliki influence tersendiri dalam dinamika politik. Mengapa Didit bisa memiliki peran penting?

Keok Pilkada, PKS Harus Waspada? 

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjadi salah satu partai yang paling tidak diuntungkan usai Pemilu 2024 dan Pilkada 2024. Mungkinkah hal ini jadi bahaya bagi PKS dalam waktu mendatang?

More Stories

UMKM Motor Ekonomi Dunia

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peranan yang sangat vital di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di negara-negara berkembang seperti Indonesia...

Jembatan Udara Untuk Papua

PinterPolitik.com JAKARTA - Pemerintah akan memanfaatkan program jembatan udara untuk menjalankan rencana semen satu harga yang dikehendaki Presiden Joko Widodo. Menurut Kepala Pusat Penelitian dan...

Kekerasan Hantui Dunia Pendidikan

PinterPolitik.com Diklat, pada umumnya dilaksanakan untuk memberikan pengetahuan dan pembentukan wawasan kebangsaan, kepribadian serta etika kepada anggota baru. Namun kali ini, lagi-lagi Diklat disalahgunakan, disalahfungsikan, hingga...