HomePolitik & FigureMengawal Pemilih ke Putaran Kedua

Mengawal Pemilih ke Putaran Kedua

Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo saat menggelar rapat dengar pendapat dengan Komisi II DPR, Rabu (22/2), juga menyoroti soal banyaknya pemilih yang gagal menggunakan hak pilihnya. Mendagri menyebut contoh, dua anaknya  tidak bisa mencoblos.


pinterpolitik.com

[dropcap size=big]K[/dropcap]omisi Pemilihan Umum DKI Jakarta berupaya memastikan semua warga yang sudah berhak memilih tercantum pada Daftar Pemilih Tetap (DPT) putaran kedua pilkada, yang akan diputuskan pada 6 April 2017. Beberapa langkah untuk menjaring pemilih akan dilakukan oleh KPU.

Banyaknya warga yang mengeluhkan gagal menggunakan haknya pada putaran pertama pemungutan suara Pilkada DKI Jakarta pada Rabu, 15 Februari 2017, sudah menjadi rahasia umum.

Kita sebut salah satu contoh pernyataan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, beberapa saat setelah pemungutan suara pada 15 Februari. Secara khusus Megawati menyelenggarakan konferensi pers di kediamannya di Kebagusan, Jakarta Selatan, untuk menjelaskan duduk soal keluhan yang dia terima.

Megawati mengatakan, dia menerima laporan bahwa ada pemilih yang tidak bisa mencoblos karena surat suara habis. Ia pun langsung meminta agar jajaran Kementerian Dalam Negeri bergerak.

Megawati menegaskan, Indonesia adalah negara hukum. Oleh sebab itu, hak warga negara untuk memilih sama dan harus dilindungi. Beda kalau mereka tidak datang karena golput. Banyak pemilih  yang sudah menunggu, tapi tidak kunjung diberikan kertas suara. Waktu pun habis dan tempat pemungutan suara  ditutup.

Hal yang sama disampaikan Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto. Salah satu contohnya adalah TPS di Kebagusan, tempat Megawati memilih. Sebanyak 51 orang datang ke TPS, tapi tidak bisa menggunakan hak pilih, karena kertas suara habis.

Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo saat menggelar rapat dengar pendapat dengan Komisi II DPR, Rabu (22/2), juga menyoroti soal banyaknya pemilih yang gagal menggunakan hak pilihnya. Mendagri menyebut contoh, dua anaknya tidak bisa mencoblos. Hal itu dia utarakan menanggapi keluhan para anggota DPR yang mempertanyakan banyaknya warga DKI yang tidak terdaftar.

“Banyak contoh kecil. Jangankan itu, saya saja contohnya. Di DPT nama dua anak saya enggak ada. Akhirnya mereka enggak nyoblos,” kata Tjahjo.

Mendagri pun melemparkan pertanyaan kepada KPU soal permasalahan DPT dan hak pilih di DKI Jakarta. Menurut dia, jika KPU rajin, pasti semua pemilih bisa terdaftar.

Tjahjo mengatakan, dia sudah pernah menyampaikan permasalahan ini kepada KPU dan Bawaslu. Ia meminta kedua lembaga ini untuk segera menyelesaikannya. Mendagri menyebutkan, dari  119.000 pemilih di DKI yang belum terdaftar sebelum proses administrasi, kemudian berkurang  menjadi 56.000 setelah pendataan oleh KPU dipercepat.

Baca juga :  PKS Keok…

 

Jadikan Pilot Project

Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP), Jimly Asshiddiqie, menyebutkan, ada kekurangan pada putaran pertama Pilkada DKI. Ia pun meminta penyelenggara pilkada memperbaikinya, terutama terkait partisipasi pemilih.

Pilkada DKI ronde kedua ini harus kita jadikan pilot project. Pertama, untuk meningkatkan partisipasi pemilih, kata Jimly di gedung DPR, kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (6/3). Kedua, untuk menunjukkan bahwa demokrasi kita adil dan berintegritas. KPU dan Bawaslu hendaknya membuktikan netral-profesional.

Pada putaran pertama Pilkada DKI  Jimly menyoroti masalah DPT. Untuk putaran kedua, dia meminta KPU memperbaikinya. DPT nggak beres, perbaiki, mumpung ada waktu, katanya.

“Contohnya saya sendiri (mengecek), waktu pemungutan suara saya ke Lapas Salemba, ada 3.861 penghuni. Sekitar 10 persen saja yang ber-KTP luar DKI. Jadi 3.500 di dalam, tapi yang milih hanya 349. Artinya, 15-an persen. Ada masalah pendaftaran pemilu,” katanya.

Menurut Jimly, Pilkada DKI cukup fenomenal. Oleh karena itu, dia meminta KPU dan Bawaslu meningkatkan partisipasi pemilih.

 

Supaya Tidak Terulang

Ketua KPU DKI Sumarno, Rabu (8/3), mengatakan, masalah inilah yang ingin dituntaskan supaya tidak terulang di putaran kedua, yang dijadwalkan 19 April 2017. Sehubungan dengan itu, dipastikan, 6 April penetapan DPT.

Ia juga mengakui masih banyak hal yang harus diperbaiki terkait DPT. Pertama-tama, KPU DKI akan lebih dahulu menyusun daftar pemilih sementara. Itu terdiri atas DPT putaran pertama, ditambah DPTb (tambahan), yakni pemilih yang ada di TPS, tapi tidak tercantum di DPT, ditambah pemilih yang berusia 17 tahun pada April nanti, dan nanti pemilih yang mau mendaftar. Setelah itu diumumkan dan diberikan kesempatan kepada warga untuk mengecek bila namanya belum masuk. Nanti diperbaiki lagi.

Menurut  Sumarno, pihaknya akan “jemput bola” untuk menjaring lebih banyak pemilih pada putaran kedua nanti. Untuk itu, disiapkan “hunter” atau pemburu yang ditempatkan di lokasi-lokasi tertentu untuk mendata  warga yang belum masuk DPT.

“Dibantu Pemprov Jakarta kita buka posko di beberapa tempat di kelurahan dan apartemen. Kami juga sudah menerima pendaftaran (nama) yang direkomendasikan  Bawaslu serta dari tim pasangan calon yang mengirimkan datanya untuk kita datangi,” kata Ketua KPU DKI seusai rapat dengan Plt Gubernur DKI Sumarsono di Balaikota Jakarta, Rabu.

Baca juga :  Possible Rebound Andika Perkasa

Skema jemput bola ini akan dikoordinasikan dengan wali kota setempat berdasarkan instruksi gubernur, hingga ke jajaran tingkat dasar. Secara resmi KPUD bersurat kepada gubernur dan gubernur yang menginstruksikan sampai ke semua jajarannya, kata Sumarno.

Skema “hunter jemput bola” di Pilkada DKI 2017 putaran kedua ini awalnya dicetuskan oleh Sumarsono seusai rapat koordinasi bersama KPU DKI. Hal ini dimaksudkan agar tidak ada lagi warga Jakarta yang kehilangan hak pilihnya, karena tidak terdaftar di DPT.

Terkait dengan itu, Sumarsono mengatakan, kami sepakat dengan KPU dan  Bawaslu jangan sampai ada lagi  warga Jakarta yang kehilangan hak politiknya. Pemprov DKI  serius menyikapi sekaligus mengejar para pemegang hak politik untuk bisa mencoblos.

Selain itu, KPU DKI dan Pemprov menyoroti masalah surat keterangan (suket). Untuk penerbitan suket akan diadakan koordinasi antara KPU, Bawaslu, dan Dukcapil DKI Jakarta.

Plt Gubernur DKI Sumarsono mengatakan, untuk putaran pertama Dinas Dukcapil DKI menerbitkan  84.591 suket.  Pada saat  pencoblosan, banyak terjadi kerumitan, karena beda penafsiran mengenai suket ini.

Yang membawa suket  wajib membawa kartu keluarga sebagai bukti. Itu  aturan main. Diakui, ada berbagai perbedaan penafsiran atas pedoman petunjuk dan prosedur di KPPS. Oleh karena itu, disepakati nanti akan diadakan  bimbingan teknis terpadu di seluruh wilayah.

 

Langkah Tepat 

Berdasarkan pernyataan dan pandangan di atas jelas muncul keinginan kuat supaya putaran kedua Pilkada DKI bebas dari masalah, terutama menyangkut terlaksananya hak politik semua pemilih. Upaya jemput bola yang didesain oleh KPUD dan Pemprov DKI, melalui beberapa cara, kita apresiasi sebagai langkah tepat untuk meningkatkan partisipasi pemilih.

Pekerjaan besar lainnya dalam pesta demokrasi di daerah lima tahunan itu sudah rampung, karena merupakan kelanjutan atau bagian dari putaran pertama Pilkada DKI. Tinggal pekerjaan yang berkaitan dengan penyusunan daftar pemilih sementara dan dilanjutkan dengan daftar pemilih tetap.

Oleh karena itu, penyelenggara Pilkada DKI sudah dapat lebih konsentrasi menyelesaikan tugas-tugas yang diperlukan untuk putaran kedua pilkada, antara lain, menyelesaikan daftar pemilih yang selengkap-lengkapnya dan mencetak  kertas suara sesuai dengan kebutuhan. Kita pun menyerukan supaya KPU DKI Jakarta mendorong semua pemegang hak pilih untuk beramai-ramai menuju bilik suara pada 19 April mendatang. (Berbagai sumber/E19)

spot_imgspot_img

#Trending Article

Megawati Harus Ubah Sikap PDIP?

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) belakangan menghadapi dinamika yang cukup memberatkan. Kira-kira bagaimana Partai Banteng Moncong Putih akan menjadikan ini sebagai pelajaran untuk langkah-langkahnya ke depan? 

Operasi Bawah Tanah Jokowi

Dalam beberapa bulan terakhir, dunia politik Indonesia diguncang oleh isu yang cukup kontroversial: dugaan keterlibatan Joko Widodo (Jokowi) dalam upaya mengambil alih Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

Mistikus Kekuatan Dahsyat Politik Jokowi?

Pertanyaan sederhana mengemuka terkait alasan sesungguhnya yang melandasi interpretasi betapa kuatnya Jokowi di panggung politik-pemerintahan Indonesia meski tak lagi berkuasa. Selain faktor “kasat mata”, satu hal lain yang bernuansa dari dimensi berbeda kiranya turut pula memengaruhi secara signifikan.

Ketika Chill Guy Hadapi PPN 12%?

Mengapa meme ‘Chill Guy’ memiliki kaitan dengan situasi ekonomi dan sosial, misal dengan kenaikan PPN sebesar 12 persen pada Januari 2025?

Segitiga Besi Megawati

Relasi Prabowo Subianto dan Megawati Soekarnoputri kini memasuki babak baru menyusul wacana pertemuan dua tokoh tersebut.

Prabowo & Hybrid Meritocracy Letnan-Mayor

Promosi Letjen TNI Kunto Arief Wibowo sebagai Pangkogabwilhan I di rotasi perdana jenderal angkatan bersenjata era Presiden Prabowo Subianto kiranya mengindikasikan pendekatan baru dalam relasi kekuasaan dan militer serta dinamika yang mengiringinya, termasuk aspek politik. Mengapa demikian?

The Real Influence of Didit Hediprasetyo?

Putra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo, memiliki influence tersendiri dalam dinamika politik. Mengapa Didit bisa memiliki peran penting?

Keok Pilkada, PKS Harus Waspada? 

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjadi salah satu partai yang paling tidak diuntungkan usai Pemilu 2024 dan Pilkada 2024. Mungkinkah hal ini jadi bahaya bagi PKS dalam waktu mendatang?

More Stories

Infrastruktur Ala Jokowi

Presiden juga menjelaskan mengenai pembangunan tol. Mengapa dibangun?. Supaya nanti logistic cost, transportation cost bisa turun, karena lalu lintas sudah  bebas hambatan. Pada akhirnya,...

Banjir, Bencana Laten Ibukota

Menurut pengamat tata ruang, Yayat Supriatna, banjir di Jakarta disebabkan  semakin berkurangnya wilayah resapan air. Banyak bangunan yang menutup tempat resapan air, sehingga memaksa...

E-KTP, Dampaknya pada Politik

Wiranto mengatakan, kegaduhan pasti ada, hanya skalanya jangan sampai berlebihan, sehingga mengganggu aktivitas kita sebagai bangsa. Jangan juga mengganggu mekanisme kerja yang  sudah terjalin...