Kalau bagi Mendagri, KPU melakukan verifikasi faktual keseluruh partai atau tidak, itu enggak ngaruh. Ibarat makan nasi rawon enggak pake kerupuk.
PinterPolitik.com
“Putusan MK itu (ibarat) makan nasi rawon. Mau pakai kerupuk atau tidak, itu bukan harus dilakukan.” ~ Tjahjo Kumolo
[dropcap]M[/dropcap]enjelang pemilihan legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) yang akan digelar pada tahun depan, sejumlah partai baru berduyun-duyun mengajukan gugatan pada Mahkamah Konstitusi (MK). Mereka menuntut agar seluruh partai politik (Parpol) juga harus diverifikasi ulang, jadi jangan hanya yang baru saja.
Nah, MK ternyata mengamini tuntutan para parpol anyar itu. Tapi efeknya, parpol lawas pun jadi gondok. Ya mereka kan jadi harus kerja mengumpulkan dokumen lagi, dan jumlah tentu enggak sedikit lho. Di sisi lain, Komisi Pemilihan Umum (KPU) juga ketiban kerjaan tambahan, karena ada 12 parpol lawas yang harus mereka periksa.
Menyikapi kerjaan tambahan ini, ternyata Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo menanggapinya enteng. Saking santainya, ia mengibaratkan kerjaan tambahan itu seperti kerupuk saat makan Nasi Rawon. Hadeuh, kerjaan kok disamain ama masakan daging berkuah hitam itu sih?
Sah! Seluruh partai politik baik parpol baru maupun parpol yg sdh memiliki kursi di DPR wajib menjalankan verifikasi faktual untuk ikut Pemilu 2019. Alhamdulilah MK mengabulkan permohonan PSI & pemohon lainnya terkait verifikasi faktual parpol dlm UU Pemilu. pic.twitter.com/bOBheqqZkX
— Tsamara Amany Alatas (@TsamaraDKI) January 11, 2018
Mungkin saat diwawancara, Pak Tjahjo belum makan. Jadi saat mencari pengibaratan, ia memilih untuk menggunakan makanan khas Jawa Timur itu. Bisa jadi, Pak Tjahjo sebenarnya lagi ngidam pingin makan Rawon. Tapi Pak, bagi penggemar kerupuk, makan Rawon tanpa kerupuk itu, seperti ada yang kurang deh. Apalagi kalau enggak pakai telur asin, waduuuuh, kurang sreseeeep!
Kurang sresep itu juga yang dirasakan oleh para parpol anyar. Sebenarnya mereka itukan ngiri sama parpol-parpol lawas yang dikasih kerupuk, kerupuk udang lagi. Hmm, laziiiz. Tapi kok, sama-sama makan Nasi Rawon yang dikasih kerupuk cuma yang udah punya kursi di legislatif doang? Enggak adil dong, Pak!
Nah, jadi siapa bilang kalau makan Nasi Rawon enggak pakai kerupuk juga enggak apa-apa? Ya apa-apalah. Itu namanya keadilan. Kebersamaan. Makanya jadi banyak yang protes, apalagi kalau udah enggak dikasih kerupuk, telur asinnya enggak ada pula. Mendingan enggak makan Rawon sekalian kan? Hadeuuuh, jadi lapar! (R24)