“…Dengan maskawin dibayar tunai!” Bagaimana sah? Sah!
PinterPolitik.com
[dropcap size=big]K[/dropcap]alau mau bicara tentang politik Indonesia, sepertinya masyarakat cenderung mosi tak percaya apabila bicara tentang kesepakatan – kesepakatan tanpa syarat apalagi janji – janji. Ah, sudahlah.
Buktinya, dulu sempat ramai dibicarakan katanya ada koalisi tanpa syarat eh akhirnya dagang sapi juga kan. Bukan sapi beneran ya, karena kalau sapi beneran pasti jadi juragan di pasar. Hahaha. Ini konteks politik nasional lho. Apalagi sekaliber Provinsi, Kota, Kabupaten, Kecamatan, Kelurahan/Desa. Ah, sudahlah. Tak bisa dibayangkan.
Namun, muncul lagi dagelan paling terbarukan, yaitu tentang ‘mahar politik’. Mungkin kalau dalam kata keseharian mahar sama dengan maskawin. Mungkin politisi sekarang ingin menikah terus karena selalu pakai mahar hahaha.
Nah bagi pasangan yang ingin menikah, saya anjurkan tidak menggunakan mahar politik ya. Kenapa? Ya bisa rusak dunia persilatan hehe.
Hmm, semakin semu saja perpolitikan ini ya. Sebelumnya, mahar politik kerap disembunyikan karena adanya rasa malu. Bahkan, ketika terendus media, politisi ini menghadap kamera dan mengeluarkan kata – kata yang intinya untuk berkilah ‘syalala’ tentang praktik permintaan mahar kepada calonnya.
Dan sepertinya rasa malu sedang jadi musuh para politisi, mungkin ya. Nanti baper lagi kalau disindir. Sebab, permintaan partai politik untuk mendukung calon diumbar – umbar. Bahkan secara nyata “Kami mendukung saudara, tapi tolong kami titip ya, kami inginkan ini itu. Syalalala,”.
Dukung Ridwan Kamil, PPP Minta Anggaran untuk Pesantren https://t.co/pJdaeiXvPF
— Tempo Nasional (@temponasional) October 24, 2017
Tentunya, bicara tentang mahar ada yang halal, ada yang haram. Ada yang dibayar tunai, ada yang kredit. Macam – macam lah wkwk. Seperti kata – kata saat ijab kabul saja. “….Dibayar tunai!”
Nah, di negeri para jomblo tentu semua warganya sudah menyiapkan maskawin karena kesendirian mengajarkan mereka untuk bercita-cita agar mendapatkan pasangan. Bicara negeri para jomblo, tentunya kita pasti mengenai Kang Mail. Yappss, dia adalah pemimpinnya para jomblo.
Atas masukan para ulama & kader, akhirnya PPP resmi mengusung @ridwankamil & Uu Ruhzanul Ulum di Pilgub Jabar 2018.https://t.co/RPmfjEo4EU pic.twitter.com/SkbNj2G7ko
— M. Romahurmuziy (@MRomahurmuziy) October 24, 2017
Kang Mail dikenal sebagai pemimpinnya para jomblo yang mau tak mau harus memenuhi syarat untuk masa depannya bila ingin naik tahta menjadi Gubernur. Bersyukurnya, penantian panjangnya untuk mencalonkan diri berhasil. Namun, ada catatan kecil dari partai pengusungnya agar dipenuhi oleh Kang Mail.
Kenapa harus dipenuhi Kang Mail? Jawaban Kang Mail sangat menyentuh.
“Saya sebagai figur yang menjadi contoh bagi para jomblo tentunya akan mati-matian untuk memenuhi permintaan partai pengusung. Karena untuk memberikan kesan bahwa bagi jomblo yang ingin bahagia butuh perjuangan,” ujar Kang Mail.
Sehingga, kata Kang Mail, permintaan apapun partai pengusung akan dipenuhi sebagai pembelajaran bagi rakyat negeri jomblo tentang arti sebuah perjuangan.
Hmmm… bingung mau bilang apalagi, rakyat negeri jomblo pun terharu dan sebagian lagi kabur. Bagi yang terharu, mereka takut tidak bisa memenuhi permintaan bila ingin mencalonkan diri.
(Z19)