“Tak ada musuh abadi, tak punya teman sejati. Yang ada hanya kepentingan…” ~Tony Q Rastafara
PinterPolitik.com
[dropcap]S[/dropcap]ikap calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto yang ngambek terhadap media nasional masih menjadi bahan godokan yang seru bagi kubu petahana. Nggak ada habisnya gaes…
Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma’ruf Amin menilai amarah Prabowo terkait minimnya pemberitaan Reuni Aksi 212 kepada awak media menunjukkan sifat aslinya. Wakil Direktur Saksi TKN Lukman Edy menilai Prabowo memiliki karakter ingin mendikte media layaknya masa Orde Baru.
Hmmm, apakah benar begitu Ferguso? Kenapa Prabowo selalu disama-samain dengan mantan mertuanya itu? Apakah ini yang dinamakan buah jatuh tak jauh dari pohonnya? Ehhh, kurang nyambung ya, Sahabat. Hehehe.
Menurut Lukman, ngambeknya Prabowo itu menunjukkan kalau doi memiliki jiwa yang selalu ingin serba mengatur. Termasuk ingin mem-framing pemberitaan media agar sesuai dengan apa yang ia inginkan.
Karakter Prabowo mendikte pemberitaan media meurut Lukman tidak bisa diterapkan saat ini. Karena media saat ini tumbuh dengan objektivitas dan cara pandangnya sendiri.
Hmm, benar juga. Mana bisa media diatur-atur? Kecuali kalau bisa berkawan kepentingan sama yang punya media. Ehhh, benar nggak? Wkwkwk.
Prabowo Subianto bukan marah karena reuni 212 kurang diliput, tapi iri karena dirinya jarang diliput? Share on XZaman sekarang mana ada sih media yang netral? Walaupun menurut elemen jurnalistik media itu harus netral dan objektif, tapi tetap aja dalam praktiknya tuh nggak ada yang benar-benar murni. Mereka punya kepentingan dan agenda setting masing-masing.
Apalagi sekarang makin jelas kan, kalau ada beberapa pemilik media yang terjun ke dunia politik bahkan hingga mendirikan partai politik. Kalau sudah begitu kan makin terpampang nyata tanpa fatamorgana kalau banyak media kita yang nganu… Hehehe.
Kalau menurut eike salah satu yang bikin Prabowo kesal ya itu, medianya nggak adil. Ngeframingnya selalu menguntungkan lawan politiknya itu. Jadi ini tuh kayak perasaan iri gitu nggak sih? Bukan mendikte media. Wkwkwkwk.
Katanya media itu pilar demokrasi. Tapi kalau terlalu memihak begini jadi lebih terlihat seperti pilar ‘demomasak’, masak gorengan. Gorengan apa? Gorengan politik. (E36)