“Aku bilang, selamat tinggal, kau bilang, sampai jumpa. Kau belum benar-benar pergi, tapi aku sudah rindu.” ~Alvi Syahrin
PinterPolitik.com
[dropcap]T[/dropcap]ak dapat dipungkiri, aksi bela Islam 212 mampu membentuk sebuah solidaritas yang tak ada habisnya. Berawal dari pernyataan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang menyitir salah satu ayat di surat Al-Maidah, hingga menjadi sebuah persatuan yang diikat di bawah payung Persaudaraan Alumni 212.
Azoooyy, macam lulus dari sekolah aja ada persatuan alumninya. Wkwkwk.
Nah, rencananya PA 212 ini mau mengadakan reunian nih gaes. Ini bukan yang pertama kalinya sih. Tapi calon wakil presiden nomor urut 01 Ma’ruf Amin mempertanyakan tujuan acara reuni akbar tersebut. Ma’ruf menganggap acara reuni itu tak diperlukan lagi karena Aksi 212 sudah tutup buku.
Waduhh, mana saya tahu. Kan Pak Kiai sendiri juga alumni. Apa udah dipecat jadi alumni nih gara-gara pro rezim? Edededehh..
Lagi pula, gimana bisa dibilang tutup buku sih? Bukannya sekarang malah nambah halaman ya? Ya, nambah halaman jadi nggak sekedar membela Islam, tapi membela Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Edededeh, bener nggak ya? Wkwkwk…
Ngomong-ngomong, gaes, mendengar kata reuni, ku jadi teringat sama sebuah pantun. ‘Kalau ada sumur di ladang, bolehlah kita menumpang mandi. Kalau ada umur panjang, bolehlah kita ‘beraksi’ lagi’. Ehh kok beraksi lagi, moon maap maksudnya berjumpa lagi. Hehehe.
PA 212 itu apa sih? Perkumpulan komunitas, ormas, atau partai politik? Hiya, hiya, hiya... Share on XJadi gitu ya. Setiap pertemuan tentu ada perpisahan. Tapi bukan berarti tidak ada kemungkinan untuk berjumpa lagi. Pak Kiai ada-ada aja. Siapa tahu kan mereka ini sedang saling rindu. Emang Pak Kiai nggak kangen?
Katanya gaes, sebenarnya Ma’ruf itu nggak masalah kalau reuni akbar tersebut hanyalah sebatas urusan kekeluargaan silaturahmi. Tapi yang membuatnya resah adalah, agenda politik di dalamnya. Menurutnya, hal tersebut nggak perlu.
Mantan Rais Aam PBNU tersebut juga menegaskan kalau dirinya tidak akan menghadiri acara tersebut jika hanya menjadi alat politik bagi kelompok tersebut dan sudah ditunggangi menjadi sebuah gerakan politik yang melawan pemerintah.
Hmm, tapi kalau seandainya agenda politiknya itu untuk mendukung petahana di pilpres 2019 gimana? Eh, kayaknya gak mungkin ya. Boro-boro didukung, diundang aja belum tentu. Hiya, hiya, hiya… (E36)