Site icon PinterPolitik.com

Ma’ruf: Saya Masih Muda!

maruf amin muda

Ma'ruf Amin. (Foto: Mediajakarta.com)

“Orang-orang yang bisa mencintai secara mendalam, tidak akan pernah tua. Mungkin mereka meninggal dalam usia tua, tapi jiwa mereka tetap muda.” ~Benjamin Franklin


PinterPolitik.com

[dropcap]K[/dropcap]eriput dan kerutan merupakan tanda-tanda penuaan. Orang-orang berlomba-lomba beli produk mahal, melakukan berbagai prosedur kecantikan demi nggak dibilang tua.

Bahkan kemarin-kemarin kita sempat heboh kan ada nenek-nenek yang operasi plastik demi terlihat awet muda dan cantik. Tapi sayangnya, luka-luka bekas operasinya dibuat jadi bahan hoaks yang menipu masyarakat setanah air. Bukannya dipuji jadi cantik, doi malah masuk penjara dan dimusuhi teman-temannya yang padahal ikut menyebarkan berita hoaks. Ckckck.

Kalau dipikir-pikir kenapa sih orang takut dibilang tua? Padahal umurnya juga masih di bawah 50 tahun. Contoh dong cawapres nomor urut 01, Ma’ruf Amin. Meski sudah berusia 75 tahun, dirinya masih berasa muda. Persetan dengan segala kerutan, yang penting jiwanya tetap muda.

Pendapatnya Ma’ruf bukan tanpa dasar. Dia mengatakan, menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO), seseorang dapat dikatakan berusia tua jika telah berusia 80-100 tahun. Jadi jelas ya, sekarang Pak Kiai belum tua. Silakan bilang begitu lima tahun lagi. Ups, bentar lagi dong ya? Hehehe.

Menurut Ma’ruf, dirinya masih terhitung kategori setengah baya, masih mampu mengembang tanggung jawab sebagai wapres. Apalagi jika dibandingkan dengan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad yang kini berusia 93 tahun.

Kalau menurut WHO, kamu boleh bilang Ma'ruf Amin tua lima tahun lagi... Share on X

Hmm, iya juga sih. Ternyata ada juga cara melihat Ma’ruf Amin sebagai orang yang belum tua, yakni dengan membandingkan dengan yang jauh lebih sepuh. Hiya, hiya, hiya…

Ma’ruf pun menjelaskan bahwa dia menjadi cawapres untuk menyiapkan landasan bagi generasi selanjutnya. Seperti cerita yang ia peroleh saat mengenyam pendidikan pesantren tentang seorang kakek tua.

“Saya teringat pendidikan di madrasah, ada cerita kakek-kakek yang menanam pohon. Kakek itu ditanya untuk apa menanam pohon, kan tidak bisa menikmati hasilnya. Kakek itu menjawab, saya menanam bukan untuk diri saya, tapi untuk generasi selanjutnya,” begitu kata Ma’ruf.

Hmm, jadi maksudnya gimana nih? Sekarang mau bilang kalau Pak Kiai itu generasi tua yang sedang menyiapkan masa depan untuk generasi muda gitu? Lah, katanya tadi belum tua. Masa merasa udah jadi kakek-kakek? Emang ada istilah ‘opa-opa muda’? (E36)

Exit mobile version