“Jangan khawatir ketika anda diacuhkan, tapi berjuanglah jadi layak untuk dikenal.”~ Abraham Lincoln
PinterPolitik.com
[dropcap]D[/dropcap]i saat sekarang sedang marak-maraknya isu persekusi ulama hingga kriminalisi ulama, eh muncul kabar ada ulama yang ditolak saat ingin berkunjung ke pondok pesantren. Wah, kok bisa sih?
Ya, suatu hari Ma’ruf Amin hendak berkunjung ke Ponpes Darul Muwahhidin Garut. Elah-dalah, rencana kedatangan tersebut ditolak pengelola melalui sepucuk surat. Foto isi surat itu pun tersebar.
Surat yang dibuat pihak Ponpes Darul Muwahhidin yang ditujukan ke PCNU Garut itu memuat tentang penolakan kehadiran Ma’ruf Amin karena pihak ponpes memiliki agenda lain.
“Menindaklanjuti surat saudara Nomor: 0272/PC/A.II/D-21/XI/2018 tanggal 22 November 2018 perihal pemberitahuan kunjungan pondok pesantren CAWAPRES Prof. Dr. KH Mar’uf Amin ke Pondok Pesantren Darul Muwahhidin Garut, kami sampaikan bahwa kami mohon maaf sebesar-besarnya tidak bisa menerima kunjungan tersebut dikarenakan pimpinan pondok pesantren kami sudah ada agenda terlebih dahulu dari jauh-jauh hari,” begitu isi surat yang ditandatangani tangani Wakil Pimpinan Ponpes Darul Muwahhidin Asep Zaki tersebut.
Hmm, isi suratnya sih biasa aja. Mungkin memang ponpesnya benar-benar sibuk dengan agendanya, tapi masalahnya, kok suratnya bisa menyebar sih? Sampai viral pula.
Wah, wah, mencurigakan. Apa iya sebelum diterima oleh Ma’ruf, ada orang iseng buka dan foto isi suratnya? Atau bisa jadi, setelah dibaca Ma’ruf surat itu dilapakin, terus jadi bungkus gorengan, dan pembeli gorengan sedang nggak ada kerjaan terus membaca surat tersebut dan menyebarkannya ke sosmed? Hmmm, semua kemungkinan bisa saja terjadi.
Kok bisa-bisanya surat penolakan untuk orang sepenting Ma'ruf Amin menjadi viral di media sosial? Share on XTim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma’ruf Amin mengatakan pihaknya tidak masalah dengan penolakan ponpes tersebut terhadap Ma’ruf. Menurut Sekretaris TKN Hasto Kristiyanto, penolakan terhadap Ma’ruf adalah sebuah kewajaran dalam manuver politik.
Menurut Hasto dalam manuver politik, apa yang nampak secara formal sebagai gerak politik bisa berbeda dengan apa yang nampak di hati.
Hmm, jangan-jangan, masyarakat kini sudah mulai sadar ya, kalau Ma’ruf ini sekarang bukan hanya seorang ulama, tapi juga politisi yang punya tujuan-tujuan politis. Bisa aja kan jadi ada yang lebih berhat-hati kalau sang kiai punya agenda politis?(E36)