“Sampai kapan kau gantung cerita cintaku? Memberi harapan hingga mungkin ku tak sanggup lagi dan meninggalkan dirimu”. – Melly Goeslaw, Gantung
PinterPolitik.com
Perasaan “digantung” itu emang nggak enak. Bukan beneran gantung pakai tali ya. Tapi ini soal berharap pada sesuatu yang belum pasti.
Ibaratnya, pas lagi suka sama seseorang yang udah saling kenal dan udah jalan bareng, tapi pas mau ngajak jadian, dijawabnya pakai senyum doang. Antara iya dan enggak-nya tidak jelas. Kalau kata band Utopia: “Antara Ada dan Tiada”.
Dapat jawaban kayak gitu tuh rasanya pengen bilang: “Makan jantung aku, Mama!” Hehe, itu jangan diartikan secara tersirat loh ya kata-katanya.
Anyway, itu nama band Utopia kok bisa cocok banget sama lagunya ya. Utopia kan sesuatu yang masih antara ada dan tiada. Sesuatu yang ideal, tetapi ya gitu, antara ada dan tiada.
Untungnya pasangan Joko Widodo (Jokowi)-Ma’ruf Amin milih singkatan nama “Ijma” alias “Indonesia Jokowi-Ma’ruf Amin” pas Pilpres 2019 kemaren.
Kalau soal politik mah gimana perasaannya Pak Mahfud MD kali ya.Yang udah ukur baju, eh taunya nggak jadi cawapres. Share on XCoba kalau milih nama “Utopia” alias “Untuk Indonesia Pasti Jokowi-Ma’ruf Amin”- maksa banget singkatannya hehe – beuh, pasti timsesnya bakal menimbang-nimbang milih lagu “Antara Ada dan Tiada” dari band Utopia itu buat jadi jingle kampanye. Dan kalau beneran dipilih, kampanyenya bakal berasa di Lawang Sewu, Semarang cuy.
Kan lagu itu jadi soundtrack dua film horor, yaitu Di Sini Ada Setan dan The Secret: Suster Ngesot Urban Legend. Berasa ngeri kan kalau kampanye nuansanya film horor.
Boleh sih sebenarnya kalau mau kampanye horor. Asal horornya pas di kampanye aja pak, jangan pas di kebijakan, kayak yang dirasakan para petani Kendeng atau mereka-mereka yang masih setia berdiri di aksi Kamisan. Uppss.
Nah, walaupun tidak memakai lagu itu untuk jingle kampanye, perasaan “Antara Ada dan Tiada” itu kini diungkapkan oleh Ma’ruf Amin.
“Kenapa kami tidak direkrut untuk dua film itu?” Eh, salah script pak hehe.
“Tentu bersyukur juga karena menurut quick count dan real count KPU, Pak Jokowi dan saya sebagai pemenang pilpres, tapi menangnya masih digantung. Jadi ada kawin gantung”, begitu kata sang kiai.
Hmm, bener juga sih. Soalnya kubu Prabowo-Sandi sebagai lawan sudah mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK) dan masih diproses oleh lembaga tersebut.
Walaupun demikian, pakai kata “digantung” itu jadi agak kurang tepat. Soalnya itu sama artinya dengan belum pasti kan. Kalau menurut psikiater Lena Aburdene Derhally, perasaan ketidakpastian sering muncul jika kita tidak punya keyakinan bahwa kita layak mendapatkan “hal itu”. Upppss.
Tapi, Lena ngomong gitu dalam konteks hubungan loh ya. Kalau soal politik mah gimana perasaannya Pak Mahfud MD kali ya.
Yang udah ukur baju, eh taunya nggak jadi cawapres. Untung Pak Mahfud nggak bilang: “Makan jantung aku, Mama!” Kalau nggak, bisa perang saudara. Upppss.
Ah, republik! (S13)