“Kenal tidak seindah mencintai; mencintai tidak seindah menikmati.” ~Konfusius
PinterPolitik.com
[dropcap]P[/dropcap]opularitas menjadi nilai tambah untuk menarik suara rakyat. Ya, iya dong, gimana mau dipilih kalau kenal aja nggak? Makanya kan ada istilah tak kenal maka tak sayang. Di pemilu juga begitu, tak kenal terus ngapain dipilih? Hehehe.
Untuk dikenal, setiap calon perlu ta’aruf. Maksudnya bukan ta’aruf kayak di film Ayat-ayat Cinta itu ya gaes. Tapi maksudnya ta’aruf itu berkenalan kepada rakyat, yakni dengan cara berkampanye.
Terus kenapa pakai istilah ta’aruf? Ya, biar kesannya lebih islami aja. Secara kan lagi bahas ulama besar yang mau ikut pilpres. Hihihi.
Baru-baru ini Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf mengakui suatu hal menyangkut elektabilitas Ma’ruf Amin di kancah nasional. Ya, buat para kalangan ulama, santri, akhi dan ukhti, Kiai Ma’ruf tentu sudah terkenal ya. Ketua MUI dan tokoh PBNU gitu loh. Tapi kalau di kalangan masyarakat secara luas? Ooo, belum tentu…
Ternyata ada hasil jajak pendapat lembaga survei Indikator, yang menyatakan popularitas Ma’ruf ada di angka 70%, sedangkan Sandiaga mencapai 73%. Juru bicara TKN Irma Suryani Chaniago secara adil mengaku kalau popularitas Ma’ruf belum sedahsyat Sandiaga Uno.
Menurutnya, hal tersebut wajar karena Sandiaga sudah rajin melakukan safari politik, bahkan sebelum masa kampanye. Sementara, kalau Kiai Ma’ruf kan belum lama aktif lagi di politik Indonesia.
Eittss, eittss, masa iya hanya karena itu? Bukan karena doi ganteng, ramah, murah senyum, dan funky? Mungkin para emak-emak bisa bantu jawab. Hahaha.
bagi kalangan ulama, santri, akhi dan ukhti, Kiai Ma’ruf tentu sudah terkenal ya. Tapi kalau di kalangan masyarakat secara luas? Ooo, belum tentu… Share on XMeski kini angka popularitasnya masih di bawah Sandiaga Uno, TKN Ma’ruf tetap yakin dapat membalikkan keadaan.
Kubu Ma’ruf pun sudah menyusun agenda kampanye hingga ke tingkat akar rumput. Dengan begitu, Irma meyakini mampu menguasai sepuluh persen suara massa mengambang di pemilihan presiden 2019.
Hmm, bisa, bisa. Setidaknya Pak Kiai kan bisa colongan sedikit-sedikit setiap diundang untuk memimpin salat di masjid-masjid. Atau paling nggak bisalah disenggol pas menyampaikan khutbah salat Jumat. Betul, betul, betul?
Ehh, tapi aku sih cuma pesan, kalau mau kampanye di masjid liat-liat dulu. Katanya nggak boleh, nanti kalau ketahuan kan berabe, bisa jadi bahan bully para lawan. (E36)