Site icon PinterPolitik.com

Makna Senyum Jokowi di KTT G-20

Makna Senyum Jokowi di KTT G-20

Ivanka Trump dan Joko Widodo (Foto: KESATU)

“Senjata utama untuk menghadapi orang-orang adalah senyum yang manis dan sopan.” – Ilana Tan, Autumn In Paris


PinterPolitik.com

Pasca Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 di Osaka, Jepang beberapa hari lalu, beredar beberapa video dan foto Jokowi yang kelihatan akrab banget sama Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump dan anaknya, si Ivanka Trump. Bahkan Trump juga sempet kasih permen loh ke Jokowi.

Cie cie. Bentar lagi kayaknya bakal ada kerja sama nih antara Indonesia dan AS nih.

Terus di sela-sela foto bersama, Presiden Prancis Emmanuel Macron juga sempet kelihatan bisik-bisik ke Jokowi loh. Eh, tapi Ini bukan lagi gosip kan ya.

Soalnya sejauh yang kelihatan di media massa sih Jokowi cuma senyam-senyum dan mangut-mangut sambil pasang ekspresi serius aja waktu ngobrol. Kayak penumpang yang suka pura-pura ketawa atau bilang “iya iya” aja setiap kali abang Go-Jek ngajak ngomong di motor. Coba aja deh ngomong sambil naik motor. Hehehe.

Kalau penumpang di Go-Jek kan sering pura-pura ketawa karena dia nggak denger suara abangnya ngomong ya. Nah, kira-kira kalau Jokowi senyum-senyum tuh tandanya dia beneran ngerti atau cuma pura-pura ngerti aja ya? Upss.

Apalagi kalau ingat vlog-nya Jokowi sama Emmanuel Macron dan Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau di KTT G-20 tahun 2017 lalu yang diadakan di Hamburg, Jerman.

Soalnya isi video itu Pak Jokowi cuma ketawa-ketawa dengan “hehehe” khasnya aja tiap kali Macron dan Trudeau ngomong pakai bahasa Inggris. Hehehe.

Beh. Pantesan aja ya banyak “kampret” yang suudzon ke Jokowi sampe mereka bikin gosip kalau Jokowi tuh cuma plonga-plongo di KTT G-20 Osaka kemarin. Ternyata ada latar belakangnya juga toh. Hehehe.

Tapi kalau lihat negara-negara seperti Rusia dan Jepang, justru mereka menggunakan bahasa nasional mereka untuk menjadi kekuatan dan identitas mereka loh. Mungkin Jokowi mau ikutin jejak mereka juga kali ya, makanya dia banyakan keliatan senyum-senyum aja di KTT G-20.

Cuma bedanya, kalau pemerintah dan masyarakat di Rusia dan Jepang tuh konsisten untuk selalu menggunakan bahasa nasional mereka di kehidupan sehari-hari.

Semetara di Indonesia, ya lihat aja ke Jakarta Selatan, which is banyak anak-anak gaul yang ngomongnya mix-mix Indonesia English. Hehehe.

Hmm. Jadi kepikiran, sebenernya seberapa penting sih penguasaan bahasa asing bagi Presiden Indonesia? Sepertinya, TOEFL minimal 500 nggak ada ya di daftar persyaratan menjadi presiden Indonesia. Upss. Siapa tahu KPU berencana masukkin syarat itu. Hehehe. (R50)

Exit mobile version