“Ketika kesetiaan menjadi barang mahal. Ketika kata maaf terlalu sulit untuk diucap. Ego siapa yang sedang kita beri makan?” ~Fiersa Besari
PinterPolitik.com
[dropcap]A[/dropcap]ir diminum serasa duri, nasi dimakan rasa sekam. Mungkin begitu rasanya patah hati tidak jadi dipilih menjadi cawapres Jokowi. Mungkin Mahfud MD tidak menangis, tidak pula mengucapkan sumpah serapah, tapi siapa yang tahu jika ternyata air mata telah jatuh ke perut? Sedih, namun harus tetap ditahan demi terlihat gagah. Uwuwuwuw, keciannn anettt…
Beberapa waktu lalu Mahfud MD secara gamblang dan penuh percaya diri mengungkap peristiwa dibalik kegagalan dirinya bersanding dengan Jokowi di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Berbagai reaksi dari kubu petahana bermunculan, yang kebanyakan tentu saja menyangkal. Ya, mana ada politikus yang ingin dipandang buruk, wong hatinya tercipta hanya untuk menerima pujian. Zuper istimewa! Hehehe
Alih-alih mengeluarkan statement permintaan maaf, para politisi kubu Jokowi malah sibuk berharap agar Mahfud MD tetap mendukung Jokowi-Ma’ruf. Mereka sadar, membelotnya Mahfud akan memecah belah suara dukungan mereka. Maka jalan satu-satunya adalah bersilat lidah dan meyakinkan masyarakat bahwa koalisi petahana dan Mahfud MD baik-baik saja. Tapi kira-kira berhasil nggak yahhh? Ihiw!
Ketum Ketum PPP Romahurmuziy menjadi salah satu orang yang optimis bahwa Mahfud akan tetap berada di kubu Jokowi. Pasti doi lupa kalau Mahfud MD pernah dibuat emosi jiwa karena perkataannya.
Ehh, ternyata doi inget deng, tapi katanya doi telah berkomunikasi dengan Mahfud MD dan mengklarifikasi terkait keputusan koalisi Jokowi yang lebih memilih Ma’ruf. Memang klarifiskasi seperti apa tuch kalaw leh tau? Sambil ngegombal juga dong pastinyahhh?
Romy menerangkan kalau keputusan partai koalisi menyepakati nama Ma’ruf Amin sebagai cawapres Jokowi merupakan hasil perhitungan partai, bukan paksaan dari PBNU. Sosok Ma’ruf dianggap sebagai titik temu dari pertimbangan sembilan partai pendukung Jokowi.
Selain itu, Rommy juga membenarkan kalau dua hari menjelang pendaftaran pilpres dirinya memang menelpon Mahfud MD, tapi bukan untuk memberikan kepastian kalau Mahfud terpilih menjadi cawapres, tapi untuk menjabarkan dua skenario yang mungkin terjadi.
Skenarionya saat itu, pemilihan cawapres tergantung dari pihak lawan, apakah akan memilih Habib Salim atau AHY. Kalau lawan mengajukan Habib Salim, maka dua nama yang mungkin terpilih adalah Kiai Ma’ruf Amin dan Mahfud MD.
Hmm, tapi moon maap, ini Bapaknya lagi keceplosan atau begimana? Katanya kemarin nggak main tunggu-tungguan? Ckckckck.
Lalu…lalu… kalau soal yang Bapak bilang kalau Mahfud bikin baju atas inisiatifnya sendiri itu gimana? Kata-kata itu loh yang bikin doi sakit hati? Padahal soal ukur baju itu kan atas undangan Mensesneg Pratikno beserta Kepala Staf Kepresidenan Indonesia Teten Masduki. Ish..ish..ish…
Yang jelas, batalnya Mahfud MD sebagai cawapres Jokowi cukup membuat kecewa banyak orang. Mahfud sendiri tampak kesal walau katanya nggak marah. Tapi kalau ternyata pada akhirnya Mahfud memilih untuk tetap mendukung, bolehkah kami menduga, kok bisa sich? Hehehe. (E36)