Selain koalisi tiga partai, ternyata Mahfud MD juga pernah diminta para Kyai Jawa Timur untuk menjajal di Pilgub Jatim. Tapi tawaran itu, ditolak semua oleh mantan Ketua Mahkamah Konstitusi ini, mengapa?
PinterPolitik.com
“Membayangkan ikut Pilgub itu saja sudah capek, apalagi melakukannya.” ~ Mahfud MD
[dropcap]M[/dropcap]encari sosok yang bijak, punya integritas, dan kepemimpinan memang tidak mudah. Sebab tidak jarang, orang yang sangat mengincar kursi jabatan, malahan orang yang sebenarnya tidak memiliki kapabilitas yang cukup untuk itu.
Tak heran bila banyak partai politik (parpol) belakangan ini terlihat kelimpungan mencari kandidat yang akan diusungnya pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang akan diselenggarakan 27 Juni nanti.
Kalaupun ada tokoh yang dianggap mumpuni untuk menjadi pemimpin, belum tentu juga orang tersebut bersedia untuk terjun langsung ke dalam pusaran politik praktis. Sebut saja Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mafhud MD.
Walau termasuk rajin mencuitkan komentarnya di media sosial mengenai perkembangan politik tanah air, namun saat ada parpol dan tokoh masyarakat yang memintanya menjadi calon gubernur Jawa Timur, permintaan tersebut malah ditolak. Padahal, banyak lho orang yang ingin sekali dipinang seperti itu.
Benar, tapi saya dihubungi sebelum Yenny dihubungi. Tepatnya sejak 6 November lalu saya sdh dihubungi tapi saya menolak. Nolaknya bukan nolak mentah2 tapi nolak matang2. Tak perlu apresiasi utk saya krn penolakan itu. Menolak kan biasa saja. https://t.co/2iqYVl7AJ2
— Mahfud MD (@mohmahfudmd) January 5, 2018
Apalagi parpol yang meminang enggak main-main, karena langsung tiga sekaligus! Seperti kita tahu, Gerindra, PKS, dan PAN hingga kini kan masih kesulitan mencari sosok yang akan diusung. Nah, mereka ternyata sempat menawarkan jabatan tersebut ke Mahfud. Sayangnya, ketiganya tetap gigit jari karena terus mendapat penolakan.
Mahfud beralasan, penolakan itu karena passion-nya hanyalah permasalahan hukum konstitusi dan sosial keagamaan, bukan sebagai kepala daerah. Baginya, ngebayangin ikut Pilgub aja udah capek, apalagi kalau ikut serta di dalamnya. Hmmm, alasan yang sangat masuk akal juga ya.
Sebagai orang yang mengetahui seluk beluk aturan serta pelaksanaan Pilkada yang ruwet dan penuh intrik, tentu yang punya akal sehat akan mikir ribuan kali kalau diajak bergabung. Jangankan ikut safari kampanye, mikirin maharnya aja udah bikin pening duluan. Belum lagi kalau kena kampanye hitam, wah reputasi yang dibangun bisa langsung habis-habisan. Yah, begitulah politik. (R24)