Orang-orang bersenjata kembali menculik dan merompak kapal di Perairan Filipina Selatan. Satu orang tewas dan enam lainnya diculik dari kapal MV Giang Hai berbendera Vietnam yang membawa 4.500 ton semen dari Indonesia.
pinterpolitik.com
FILIPINA – Juru bicara pengawal pantai Armand Balilo, Senin (20/2) mengatakan kalau orang-orang bersenjata menyerang sebuah kapal Vietnam di lepas pantai ujung selatan Filipina, seorang awak warga Vietnam tewas dan enam anak buah kapal (ABK) lainnya diculik.
Kapal MV Giang Hai yang membawa 4.500 ton semen asal Indonesia dan membawa 25 orang awak kapal, diserang oleh perompak Minggu malam, kira-kira 31 kilometer sebelah utara Pearl Bank di provinsi paling selatan Tawi-Tawi, dekat Sabah, Malaysia.
Para petugas pertolongan dari pengawal pantai dan marinir menemukan kapal itu terombang-ambing di dekat Pulau Baguan, dengan 10 awak warga Vietnam masih hidup dan seorang tewas. Pemilik kapal barang itu mengatakan, nakhoda (kapten kapal) juga termasuk di antara orang yang diculik perompak.
“Tim kemudian melakukan patroli gabungan di Kepulauan Baguan dan hanya berhasil menyelamatkan 17 awak. Ada 1 orang tewas dan 7 awak kapal yang diculik oleh kelompok bersenjata serta membawa mereka ke lokasi yang tidak diketahui,” kata Balilo yang mengaku belum mengetahui identitas para penyerang.
Meski begitu, pihaknya mencurigai para militan Abu Sayyaf yang mendalangi perompakan ini, bila dikaitkan dengan serangan-serangan sebelumnya di perairan tersebut. Balilo meyakinkan kalau pihaknya telah melakukan koordinasi dengan militer dan kepolisian Filipina untuk menindaklanjuti aksi penculikan ini.
Militan Abu Sayyaf masih menjadi masalah yang sulit ditangani Pemerintah Filipina, apalagi gerombolan ini kerap menggunakan kapal cepat bersenjata lengkap dengan alat navigasi canggih. Kelompok yang berbaiat pada ISIS ini kerap terlibat aksi pembajakan dan penculikan.
Korban Abu Sayyaf umumnya para pelaut yang berasal dari Indonesia, Malaysia dan Vietnam, juga beberapa warga Filipina, Belanda dan Jepang. Mereka menculik untuk dimintai tebusan uang, dan bila tidak segera ditanggapi, para sandera ini satu persatu mereka penggal kepalanya.
Belakangan ini, jumlah perompakan di Perairan Filipina semakin meningkat dan memaksa pemilik kapal untuk mengalihkan rutenya melalui jalur lain, sehingga menyebabkan membengkakkan waktu dan biaya pengapalan.
Merasa gagal mengatasi kebrutalan kelompok ini, Presiden Filipina Rodrigo Duterte sudah meminta Tiongkok dan Amerika Serikat untuk membantu menyelesaikannya dengan cara mengirimkan pasukan ke perairan tersebut. Namun sayangnya, hingga kini belum ada tindaklanjut dari kedua negara tersebut. (Berbagai sumber/R24)