“Caleg perempuan terpilih meningkat signifikan. Diperkirakan perolehan caleg perempuan terpilih mencapai 118 kursi,” – Aditya Perdana, Direktur Pusat Kajian Politik Universitas Indonesia (Puskapol UI)
Pinterpolitik.com
Jelang Pemilu Legislatif di awal tahun 2019 ini, banyak gerakan yang melakukan advokasi kebijakan afirmatif untuk partisipasi perempuan di dunia politik. Bahkan slogan “perempuan harus pilih perempuan” pun sempat terkenal di masa-masa menjelang kontestasi elektoral tersebut.
Nyatanya benar saja, kebijakan afirmatif ini telah memberikan jalan bagi perempuan untuk mendapatkan kursi lebih banyak di DPR.
Kalau dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, Pemilu tahun ini merupakan pencapaian tertinggi bagi keterwakilan perempuan di parlemen.
Hasil penelitian yang dilakukan Puskapol UI tentang caleg perempuan yang lolos ke DPR juga menyebutkan bahwa jumlahnya mencapai 20,5 persen. Horeeee!!
Akankah Pengungkapan kasus BLBI menjerat Megawati?Selengkapnya dalam tulisan berjudul "KPK Berani Jerat Megawati?" di Pinterpolitik.com
Posted by Pinter Politik on Thursday, June 13, 2019
Tapi, bener nggak nih kalau kehadiran perempuan-perempuan di DPR yang sangat disuarakan itu bisa hadir untuk memberikan perubahan dari perspektif perempuan dan tidak hanya hadir secara statistik semata?
Soalnya, banyak yang bilang sih bahwa sebagian perempuan yang berhasil lolos ke DPR semata karena mereka punya koneksi dengan pejabat-pejabat negara atau karena mereka figur publik yang terkenal.
Beberapa di antara perempuan yang lagi hits diperbincangkan karena koneksi politik itu adalah Puteri Anetta Komarudin – anak dari politisi Golkar, Ade Komarudin – yang lolos di Dapil Jawa Barat VII.
Selain itu ada juga nama Dyah Roro Esti Widya Putri yang lolos di Dapil IX Jawa Timur. Dia adalah anak dari politisi Golkar, Satya Widya Yudha.
Ada juga nama Hillary Brigita dari Partai Nasdem, yang merupakan anak dari Bupati Kepulauan Talaud, Elly Lasut yang juga berhasil lolos ke Senayan.
Sementara untuk figur terkenalnya, ada nama macam penyanyi kondang Krisdayanti yang lolos dari Dapil V Jawa Timur.
Hmm. Kalau begini kasusnya, kok jadi curiga ya. Jangan-jangan, banyak dari perempuan yang lolos tersebut hanyalah alat yang digunakan partai politik untuk memenuhi kuota partisipasi perempuan aja nih.
Artinya, keberhasilan advokasi kebijakan afirmatif Pemilu yang dilakukan selama ini untuk meningkatkan keterwakilan perempuan di DPR hanyalah upaya menjaring angin aja dong. Soalnya, ujung-ujungnya ya yang terpilih adalah mereka-mereka yang punya koneksi dengan pejabat, atau mereka-mereka yang terkenal karena posisinya sebagai publik figur.
Kita tunggu, lihat dan rasakan aja deh hasil kinerja perempuan-perempuan di DPR periode 2019-2024 nanti. Apalagi, banyak produk legislasi terkait perempuan yang masih menunggak. Kalau kata Syahrini: “Kau yang telah memilih aku, kau juga yang sakiti aku”. Eh, itu buat Mas Anang loh ya, bukan buat Mbak Krisdayanti. Uppps. Hehehe. (R50)