Perang antara Pansus Angket DPR dan KPK makin memanas. Setelah Mashinton out, kini muncul lagi Artheria Dahlan yang melanjutkan misi sang senior untuk menggoyang posisi KPK Bahkan bila perlu membubarkannya. Emang strategi perang model apa yang akan diterapkan Artheri?
PinterPolitik.com
Jika kita menyaksikan film action tentu akan menemukan adegan baku tembak antara sang pemeran utama dengan musuh-musuhnya. Apalagi sampai pada detik-detik menegangkan saling todong senjata dengan peluru yang tinggal satu, siapa cepat pasti langsung is dead.
Hal ini juga terjadi di dunia perpolitikan kita, terutama dalam film yang diperankan oleh pansus angket DPR dan KPK terkait penyelesaian kasus-kasus korupsi yang makin tumbuh subur. Anggap saja pemeran utamanya adalah ketua KPK, Agus Rahardjo sedangkan yang menjadi penjahatnya adalah Pansus Angket. Serangan pertama dengan ranjau e-KTP meleset dan malah menewaskan pimpinan pansus, Marshinton Pasaribu. Senjata makan tuan atau demikian sabda junjungan langit, “barangsiapa menggali lubang akan terperosok sendiri”.
Masa Kerja Segera Berakhir, Pansus Angket Tuduh Ketua KPK Terindikasi Korupsi https://t.co/WkWau52rcZ
— MendaloDarat Updates (@mendaloNEWS) September 21, 2017
Melihat pimpinannya tertembak mati, pansus lalu menunjuk Arteria Dahlan. Sosok sniper dadakan dari Komisi II DPR. Memang aneh si abang Arteri ini, bukannya ngurusi otonomi daerah yang masih berjalan lambat kayak ulet keket, malah ikut-ikutan berperang melawan KPK. Entar mati kebeceng senapan laras panjangnya KPK baru tau rasa lo.
Sekarang filmnya udah hampir mencapai klimaks. Peluru pansus tinggal satu, sedangkan KPK sendiri sudah melengkapi diri dengan ilmu kebal atas segala jenis senjata termasuk serudukan banteng yang sedang tidur pulas di bawah pohon beringin. Yang pasti, kini KPK bertambah kuat karena mendapat bantuan berlipat dari masyarakat.
Sementara itu, posisi pansus makin tersudut. Walaupun demikian, tak menyurutkan sang sniper, bung Arteri untuk beraksi. Tapi anehnya, aksi berbahaya ini dilancarkan dari toilet karena ternyata cuma ruangan tersebut yang tak terdeteksi CCTV. Piye to le, atut ya? Kira-kira siapa yang akan mati duluan, sang ketua KPK atau sang sniper abal-abal yang saking buru-buru rupanya salah membawa senjata dan hanya mengantongi pistol air. Ya sudah kibarkan bendera putih aja deh, biar aman. (K-32)